TEKNIK DAN ETIKA BERCERAMAH
“an educated man must be very diligent and willing to study from his subordinates” (ciri-ciri orang yang beradab ialah, ia sangat rajin dan suka belajar dari orang-orang yang kedudukannya lebih rendah darinya)
DAFTAR ISI- PENGANTAR / INTRODUKSI
- UMUM
- SKILL
- TEKNIS
- PROFESIONALISASI DAN TANGGA PRESTASI HARAPAN
- CATATAN KHUSUS
- PENUTUP
PENGANTAR /
INTRODUKSI :
I. UMUM
A. PENGERTIAN |
Ceramah/Pidato adalah menyampaikan sebuah pesan kepada orang
lain dalam forum (pertemuan), baik untuk kepentingan pribadi, sebuah kelompok
(organisasi), atau kepentingan sebuah misi khusus. |
|
Ceramah/Pidato adalah merupakan salah satu bentuk cara
berdakwah/bertabligh, namun tidak semua berdakwah/bertabligh dengan
ceramah/pidato. |
Ceramah/Pidato adalah salah satu “Media Dakwah ‘Ammah”, yaitu
dakwah yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh
kepada mereka. |
Perbedaan antara ceramah dan pidato adalah; Bahwa dalam pidato,
komunikasi cenderung terjadi satu arah dari pembicara ke pendengar, sedangkan
dalam ceramah sering terjadi komunikasi dua arah atau komunikasi timbal
balik. |
Bila yang disampaikan adalah pesan agama (Islam), maka lazim
disebut dengan “Ceramah Agama” atau “Nasehat Agama” atau “Taushiyah” atau
“Mauidhoh Hasanah”. |
B. TUJUAN |
Ceramah/Pidato bertujuan memberi pengetahuan, pengertian,
pencerahan dan atau pemahaman untuk mempengaruhi atau merubah polapikir dan
atau pola hidup seseorang kearah yang lebih baik, atau memberikan bekas pada
jiwa seseorang, dan atau melegakan hati seseorang terhadap satu urusan dari
berbagai urusan. |
Ceramah/Pidato juga diharapkan sebagai “Character Building”
(pembinaan watak), yaitu untuk menjadikan manusia yang berkepribadian kuat
(berkemauan keras), dan baik (bercita-cita tinggi dan mulia) serta berani
(membela yang benar dan memberantas yang salah). |
Ceramah/Pidato terkadang juga sebagai “Indoctrination”
(Indoktrinasi), yaitu pemberian ajaran atau doktrin/santiaji mengenai suatu
faham yang sudah diyakini kebenarannya dengan memberikan wawasan secara
meluas dan mendalam. |
C. SIFAT (Jenis Pidato dari Segi Tujuan)- |
( 6 – IF ) |
1. Informatif: Menyampaikan informasi yang
benar-benar baru, yang sebelumnya pendengar belum mengetahuinya. |
2. Motifatif: Memberi dorongan dan semangat
kepada pendengar agar melakukan sesuatu yang sebenarnya sudah dimengerti,
tapi dilalaikan atau enggan melaksanakan. |
3. Persuasif: Mempengaruhi pendengar bahwa
keyakinan dan pola pikir mereka selama ini kurang benar bahkan mungkin salah,
untuk diarahkan pada kebenaran yang sejati. |
4. Konsolatif: Memberi hiburan, kesenangan,
kegembiraan, kesegaran. |
5. Instruktif: Memberi perintah, anjuran,
himbauan, harapan. |
6. Edukatif; memberi pengetahuan kepada
pendengar yang menekankan pada aspek-aspek pendidikan, misalnya tentang
pentingnya hidup sehat, hidup rukun antar umat bergama dan lain-lain. |
II. SKILL |
A. 5 KATEGORI PENCERAMAH |
( 3 AL-2 TIK ) |
1. Tradisional: Lugu, apa adanya, yang
penting pendengar bisa mengerti dan memahami. |
2. Profesional (ahli; berbakat): Penyampaian
materi tepat guna dan berkualitas. |
3. Intelektual (cendekiawan; intelegensia;
orang terpelajar): Bahasa penyampaian dan pemaparan materi secara ilmiyah. |
4. Karismatik (berwibawa, punya
credibility/kredibilitas/kepercayaan): Sebab jabatan, keturunan atau
popularitas. |
5. Artistik (seni; indah) : Penyampaian
menarik, menghibur, mengesankan. |
B. MODAL PRIBADI PENCERAMAH |
1. Bakat (sebagai modal dasar) |
2. Ilmu Pengetahuan (sebagai modal
utama) |
3. Pengalaman (sebagai modal pengembangan) |
4. Mental (sebagai modal percaya diri/Self
Confidence) |
C. BAHAN MATERI CERAMAH (Sebagai Referensi dan Argumentasi) |
1. Dalil-dalil Al qur’an dan Al hadits
(sebagai landasan utama) |
2. Fatwa Ulama’, Ilmuwan, Orang bijak
(sebagai perangkai dan penguat) |
3. Artikel-artikel menarik, benar, bisa
dipertanggungjawabkan (sebagai pelengkap dan pembanding) |
D. TRI SUKSES PENCERAMAH ( 3 - M ) |
1. Menguasai materi: Yang disampaikan tidak
menyimpang dari tema dan pokok bahasan serta target yang diharapkan. |
2. Menguasai panggung/majlis/pahargyan:
Membuat pendengar fokus satu pandangan dimana penceramah menyampaikan
orasinya. |
3. Menguasai hati audience: Membuat
pendengar konsentrasi bahkan terpaku dan hanyut dalam setiap untaian kalimat
penceramah. |
E. TANGGA SUKSES PENCERAMAH ( 3 - D ) |
1. Diterima: Tidak ada reaksi atau gejolak
negatip dari pendengar. |
2. Dikenang : Selalu berkesan dan melekat di
hati pendengar. |
3. Dipraktekkan: Dikerjakan, dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. |
F. EFEK CERAMAH ( 3 – TIF ) |
1. Efek Kognitif (mengubah pikiran):
Menjadikan pendengar bertambah ilmu pengetahuan dan kepahamannya, seperti
tidak tahu menjadi tahu, tidak paham menjadi paham, bodoh menjadi pintar. |
2. Efek Efektif (mengubah perasaan):
Menjadikan pendengar bisa berubah dari keadaan atau kondisi sebelumnya ke
arah yang lebih baik, seperti sedih menjadi gembira, marah menjadi tenang,
takut menjadi berani. |
3. Efek Konatif (mengubah prilaku):
Menjadikan pendengar ada keinginan atau kemauan untuk melakukan sesuatu yang
lebik baik dari sebelumnya, seperti malas menjadi rajin, pasif menjadi aktif,
berbuat jelek menjadi berbuat baik. |
III. TEKNIS :
A. SISTEMATIKA BERCERAMAH |
1. Salam pembukaan: Berisi salam pembuka dan
mukadimah (bahasa Arab) |
2. Pendahuluan: Berisi ungkapan syukur,
kata-kata sapaan atau perkenalan. |
3. Materi Inti Ceramah: Pokok pikiran atau
gagasan primer yang akan diuraikan atau dipaparkan. |
4. Kesimpulan: Merangkum atau intisari dari
materi yang telah disampaikan. |
5. Saran dan harapan: Pesan-pesan khusus
atau penekanan isi materi yang telah disampaikan. |
6. Salam penutup: Berisi kata-kata
mengakhiri pembicaraan, permohonan maaf, dan salam. |
B. KISI-KISI ATAU POKOK-POKOK ISI CERAMAH
.......(Materi Ceramah)....? |
1. PROLOG: Ceramah pendahuluan/pembukaan. |
2. PREADVIS: Prasaran; saran pendahuluan;
advis pendahuluan; mengemukakan saran lebih dahulu sebelum membahas masalah
pokok; pendapat yang dikemukakan. |
3. DEDUCTIONS (DEDUKSI): Proses penalaran
yang menyimpulkan sesuatu secara terperinci dari sebuah dalil yang umum; jadi
dari yang umum menuju kepada yang khusus. |
4. CONCLUSION (KONKLUSI): Kesimpulan; wasana
kata; pernyataan secara ringkas yang disampaikan seseorang pada akhir suatu
uraian sebagai pengunci atau suatu penegasan yang mengandung justifikasi atau
pembenaran menurut penalaran penceramah. |
5. MAIN POINT: Butir utama; bagian tertentu
dari keseluruhan uraian yang merupakan inti pokok. |
6. EPILOG: Kalimat akhir yang singkat di
penghujung ceramah yang biasanya disampaikan melalui pembacaan doa-doa
eksklusif sinkron dengan tujuan ceramah serta doa akhir majelis. |
7. (Tambahan) Pembahasan. Bagian ini
merupakan kesatuan, yang berisi alasan-alasan yang mendukung hal-hal yang
dikemukakan pada bagian isi. Pada bagian isi ini biasanya berisi berbagai hal
tentang penjelasan, alasan-alasan, bukti-bukti yang mendukung, ilustrasi,
angka-angka dan perbandingan, kontras-kontras, bagan-bagan, model, dan humor
yang relevan;(d)Kesimpulan. Ini adalah bagian akhir dari sebuah pidato, yang
merupakan kesimpulan dari keseluruhan uraian sebelumnya...........? |
C. METODE BERCERAMAH (Cara Berceramah dari
Segi Persiapan dan Pelaksanaan) |
1. Metode Manuskrip (Naskah): Dengan membaca
teks seperti piadato resmi/pidato kenegaraan) |
2. Metode Memoriter (Menghafal): Dengan
menghafalkan naskah yang sebelumnya sudah dipersiapkan) |
3. Metode Ekstemporan: Dengan membawa
catatan kecil tentang materi ceramah secara garis besar) |
4. Metode Impromptu: Memberikan ceramah
tanpa teks/naskah atau secara tiba-tiba/spontanitas tanpa menggunakan persiapan) |
D. 7 AKSI DAN GAYA PENCERAMAH SUKSES DI MIMBAR
CERAMAH (7-IF) |
1. Komunikatif: Mengadakan kontak mata dan
tatap muka dengan pendengar sehingga selalu terjalin keadaan saling
berhubungan (berhubungan timbal-balik) dan pendengar merasa diperhatikan.
Kontak mata ini alat terpenting untuk menjaga kesetabilan perhatian audiens
dan untuk dapat tampil sewajar mungkin. |
2. Reflektif: Bergerak sepontan, merespon
dengan cepat terhadap aksi dan reaksi pendengar dengan cara yang santun dan
bijak. |
3. Interaktif: Karena ceramah itu “one way
communication” atau komunikasi satu arah, maka sesekali penceramah harus
menyapa, mengajukan pertanyaan atau mengajak bicara/dialog dengan pendengar
agar terjadi pengaruh timbal-balik. |
4. Atraktif: Beraksi, berekspresi, bergaya
sebagai peragaan bahasa lesan dengan gerak isyarat yang bermaksud menunjuk,
menawarkan, menolak, membagi atau membedakan. Atau dengan gerakan tubuh yang
tidak statis di satu tempat; bisa berbelok ke arah kiri, ke arah kanan bahkan
agak ke arah belakang. Ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pendengar. |
5. Variatif: Tidak monoton, hanya sebatas
menuntaskan penyampaian materi tetapi sesekali memberi intermeso dengan
joke-joke segar, cerita menarik, lelucon yang tidak dipaksakan dan
berlebihan, bersyair indah, dan lain-lain. |
6. Ekspresif: Mengungkapkan perasaan yang
dimanifestasikan dengan pantomimik (gerak tubuh dan air muka) yang
menggambarkan suatu kegembiraan, kebangaan dan kegamuman atau kesedihan,
kekesalan dan keprihatian dengan bahasa yang lembut, gaya bahasa yang
menyentuh perasaan serta intonasi yang seimbang. Intonasi atau pola titi nada
suara; rendah-tinggi, lambat-cepat, jeda yang sesuai, menimbulkan makna
tertentu pada sebuah perkataan atau kalimat sehingga setiap untaian kata
penuh makna. Penceramah yang bicara dari hati dan ekspresif akan berdampak
merekatkan hubungan emosional dengan pendengarnya. |
7. Agitatif: Menggerakkan atau membangkitkan
emosi pendengar dengan ungkapan bahasa provokasi positip, gaya penampilan
agak agresif, disertai gerakan-gerakan tangan dan ekspresi yang seimbang dan
tidak berlebihan. |
|
E. FAKTOR PENUNJANG EFEKTIFITAS DAN KESUKSESAN BERCERAMAH |
Dari Individu Penceramah (22 - M) : |
1. Mempunyai prilaku, akhlaq-budipekerti
yang baik, luhur dan mulya. |
2. Mempunyai karisma, kredibilitas dan
performance yang bagus. |
3. Mempunyai kepercayaan diri (tidak minder,
grogi dan demam panggung) |
4. Mempunyai communication skill
(ketrampilan dan kemampuan mengkomunikasikan suatu pesan kepada orang lain,
sehingga terpikat perhatian dan minatnya untuk mengikuti terus sampai
selesai) |
5. Memiliki fludium/daya tarik (mampu
menarik simpati orang lain; dengan 7-IF) |
6. Memiliki badan sehat, hati senang dan
pikiran tenang (no problem) |
7. Menunjukkan ekspresi wajah yang sesuai
dan alami/ekspresif (isyarat komunikasi nirverbal dengan menggerakkan salah
satu bagian wajah / facial expression) |
8. Memilih tema/judul atau topik yang tepat
(aktual, sesuai dengan situasi, kondisi, konteks acara dan kebutuhan) |
9. Memilih materi yang menarik (sesuai
dengan kebutuhan pendengar, sehingga para pendengar dalam forum ceramah
merasa terhipnotis dan penceramah bisa mengontrol pendengar serta
mengendalikan masa untuk mengikuti apa yang penceramah inginkan) |
10. Menggunakan retorika/metode dan gaya ceramah yang
tepat (langgam) |
11. Memperhatikan intelektualitas audiens (menyajikan
materi yang sesuai dengan kemampuan daya pikir / kemampuan intelektualitas
pendengar) |
12. Menyelaraskan penampilan dengan konteks/bentuk acara
atau suasana acara (gembira, duka atau khidmat/reverens, serta tidak
berlebihan) |
13. Menyusun babak-babak pembicaraan (penghidangan) secara
runtun dan sistematis. |
14. Menyampaikan materi secara praktis (lebih menekankan
masalah-masalah yang pokok saja yang kemudian diinprovisasikan melalui bahasa
yang sederhana. Ceramah yang bertele-tele dan alur ceritanya yang
berputar-putar mengakibatkan kejenuhan bagi pendengar) |
15. Memberikan tamsil/gambaran/perumpamaan/contoh-contoh
yang logis dan realistis yang biasa dilihat, bisa dimengerti dan dipahami
pendengar. |
16. Mengemukakan kisah-kisah/sejarah masa lalu yang
bertalian dengan isi materi. |
17. Menggunakan bahasa yang lugas dan mudah
dimengerti (komprehensibel) - (baik, benar dan arkaik/kuno tapi jelas,
luwes/bersahaja/tidak muluk-muluk dan mudah dimengerti) |
18. Mengucapkan kata dengan artikulasi (pengucapan kata)
dan speech yang jelas dan benar. |
19. Menghindari penggunaan kata-kata atau bahasa yang
elusif yang sulit dimengerti dan dipahami maknanya (seperti kata-kata ilmiah) |
20. Mengimbangi dengan gerak dan bahasa isyarat. |
21. Menjadi diri sendiri (original; tidak meniru corak,
warna dan atau gaya penceramah lain yang tidak sesuai dengan karakter pribadi
yang dimiliki) |
22. Mengenal tipologi pendengar (Auditory: cenderung lebih
pada pendengaran – Visual: cenderung lebih pada penglihatan – Kinestatik:
cenderung lebih pada perasaan) |
Dari orang lain dan lingkungan ( 2 - PS ): |
1. Pendengar tidak apriori/antipati (merasa
happy dan well come) |
2. Sarana dan prasarana atau properti yang
memadai: |
· Sound system yang bagus dan
menjangkau ke seluruh ruangan atau audiens. |
· Waktu yang cukup (sesuai
dengan tema dan target yang diharapkan) |
· Penataan tempat (lokasi) atau
ruangan yang nyaman dan representatif. |
· Podium atau panggung yang
sesuai dan seimbang. |
3. Pembawa acara (MC) yang profesional. |
4. Suasana aman dan kondusif. |
F. ETIKA BERCERAMAH (13-MT-10) : |
1. Memiliki penampilan yang baik (berpakaian
bersih, rapi, serasi, sopan, dan ideal/ sesuai dengan situasi-kondisi,
konteks/bentuk acara dan lingkungan pendengar) |
2. Menunjukkan semangat yang energik, lincah
dan ceria (tidak malas, loyo, klentrak-klentruk) |
3. Menunjukkan sikap yang santun
(merendahkan diri tapi tetap berwibawa) |
4. Menampakkan wajah yang ramah dan
menyenangkan (tidak sinis dan cemberut) |
5. Menggunakan kata-kata sapaan yang santun
(bapak-ibu, anda, bukan kalian atau kamu) |
6. Memberikan pujian kepada pendengar
(pernyataan rasa syukur, senang dan bangga terhadap pendengar sehingga
membuat pendengar merasa tersanjung) |
7. Menunjukkan gaya yang original (suara,
gerak-gerik tubuh dan anggota tubuh fleksibel, spontan, tidak kaku, tidak
dipaksakan dan tidak dibuat-buat) |
8. Menghindari bombastic (sifat, kata-kata
atau ungkapan yang muluk-muluk) |
9. Memiliki jiwa yang sabar, arif dan bijaksana
(tidak mudah emosi walaupun direspon kurang baik oleh pendengar) |
10. Memulyakan orang yang dimulyakan pendengar (sesekali
disebut namanya dan dibanggakan dengan tidak berlebihan) |
11. Memperhatikan dan merespon pembicara sebelumnya
(sehingga terkesan tawadlu’, tidak terkesan congkak dan sombong) |
12. Mengingatkan audience secara elegance (anggun, tidak
sinis, tidak emosi, tidak memaki-maki) |
13. Memohon maaf sebelum mengakhiri pembicaraan. |
10 - T : |
1. Tidak mendahului undangan. |
2. Tidak mengesankan pribadi yang sombong
(cerita kelebihan pribadi dan atau keluarganya secara berlebihan) |
3. Tidak terkesan menggurui (menggunakan
kalimat ajakan, bukan perintah atau instruksi – menyayangkan, bukan
maidu/mencela atau memarahi. |
4. Tidak arogan/over acting (ucapan, gaya,
dan atau penampilan tidak wajar dan tidak pantas) |
5. Tidak membuat gerakan-gerakan yang yang
bisa membuat pendengar menjadi tertawa. |
6. Tidak menyakitkan hati pendengar (tidak
menggunakan bahasa sarkasme; mencela, menyinggung pribadi perorangan
atau golongan, baik secara langsung, sindiran/insinuatif atau dengan melucu) |
7. Tidak mengucapkan bahasa tabu, jorok,
vulgar atau tidak senonoh. |
8. Tidak terlalu dekat michrophon (melekat
di bibir) |
9. Tidak memegang atau mempermainkan
michrophon yang bertiang (memberi kesan grogi atau demam panggung) |
10. Tidak terlalu lama waktunya. |
G. PERSIAPAN PENCERAMAH SEBELUM ACARA ( 7 - M ) |
1. Memanjatkan do’a (memohon ilham,
kata-kata, ungkapan, gambaran, sikap, niat yang baik dan benar) |
2. Mempersiapkan pemikiran dan perencanaan
yang matang (premeditasi) |
3. Menyiapkan materi sesuai tema yang
direncanakan. |
4. Menyelesaikan atau menghilangkan masalah
yang mengganggu pikiran. |
5. Mengetahui bentuk/konteks acara yang akan
dihadapi. |
6. Mengetahui lama waktu yang disediakan. |
7. Mengenali audience (dengan
mengadakan “audience research”/penelitian khalayak tentang sifat, karakter,
tradisi, budaya, tingkat kecerdasan, daya pikir, dan sensitifitasnya) |
H. AKSESORIS DAN SENI BERCERAMAH ( 9 - M ) |
1. Menyebarkan energi ke seluruh ruangan
(menyapa-menyapu audience/mengarahkan pandangan kepada seluruh penonton
secara merata di saat mengucapkan salam pembuka dan sapaan penghormatan;
tidak merunduk seperti orang yang malu atau hanya melihat teks) |
2. Memberikan kalimat sentuhan di awal
ceramah (ungkapan yang dapat menggugah hati pendengar) |
3. Melantunkan (ayat-ayat Al qur’an) dengan
fasih, ekspresif dan irama yang indah. |
4. Membaca dalil-dalil dengan ekspresi wajah
dan gerkan-gerakan yang mengisyaratkan arti dari dalil tersebut. |
5. Memilih kata-kata yang tepat (agak
puitis) sehingga menimbulkan hubungan emosianal bagi pendengar. |
6. Menggunakan retorik (bentuk kalimat tanya
yang tak membutuhkan jawaban) |
7. Memberi intermeso (dengan joke-joke
segar, humor yang tidak berlebihan dan mengada-ada) |
8. Melantunkan lagu-lagu dan syair yang
relevan dengan sub materi/bahasan. |
9. Menutup pembicaraan dengan kalimat indah
dan menarik (kata-kata puitis, kata-kata mutiara, kata-kata bijak,
proverb/pepatah, pantun dll.) |
I. FAKTOR PENGHAMBAT EFEKTIFITAS DAN KESUKSESAN BERCERAMAH |
1. Faktor suara (suara-suara ramai atau
keras lainnya yang masuk pada saat ceramah sedang berlangsung) |
2. Faktor bahasa (penggunaan bahasa yang
tidak dapat dimengerti atau karena kesalahpahaman) |
3. Faktor prasangka (penilaian yang
subyektif dan mengalahkan rasio serta akal sehat sebab adanya perbedaan ras,
golongan, aliran, agama dan lain-lain) |
4. Faktor motivasi dan keinginan (materi
ceramah tidak sesuai dengan motivasi dan kepentingan khalayak yang mendengarnya)
|
J. TIPS MENGATASI KEGADUHAN (4-M) - (beberapa pendengar tidak
serius) |
1. Mengeraskan suara dengan tiba-tiba
(mendekatkan bibir ke microphone) |
2. Memfokuskan pandangan (kepada pendengar
yang ramai atau kurang memperhatikan dengan pandangan yang ramah dan
bersahabat) |
3. Memberikan sapaan (kepada pendengar yang
ramai atau kurang memperhatikan dengan sopan, lemah lembut dan bersahabat) |
4. Membuat sebuah gebrakan (cerita serius
dengan memukul meja, tapi bernada gurau) |
K. MENCEGAH DEMAM PANGGUNG (3-M) - (Menambah Percaya Diri) |
1. Memilih topik yang baik (sesuai keinginan
dan harapan pendengar) |
2. Menguasai topik (sesuai ilmu,
pengetahuan, pengalaman dan wawasan yang dimiliki) |
3. Membuat persiapan pidato yang matang
(tidak lagi memikirkan apa yang harus disampaikan) |
L. MENGUSIR DEMAM PANGGUNG/RASA GROGI (5-M) |
1. Menggerakkan tubuh seperlunya, rileks,
tidak terlalu kaku. |
2. Memusatkan pikiran pada materi yang akan
disampaikan atau masalah-masalah yang akan dibicarakan, tidak pada diri sendiri
atau pendengar. |
3. Memegang sekedarnya pada mimbar atau mix
agar rasa gemetar sedikit berkurang. |
4. Menarik nafas panjang-panjang (sesekali)
lalu membuangnya secara pelan-pelan. |
5. Menganggap semua pendengar itu kawan
(think of the audience as friends); menamkan pada diri sendiri, menjadi pusat
perhatian orang banyak. |
|
6. (Tambahan) Menghilangkan Perasaan “Demam” Panggung
yaitu dengan cara: memfokuskan pikiran pada diri sendiri, percaya diri(PD),
menganggap audience tidak tahu tentang apa yang kita bicarakan, memperdalam
materi dengan baik, mempersiapkan konsep pidato beberapa hari sebelumnya,
membaca berulang-ulang materi pidato, mempersiapkan diri beberapa jam sebelum
tampil dan jangan tergesa-gesa, serta istirahat yang cukup. Terakhir sudah
tentu adalah dengan berdoa. |
IV. PROFESIONALISASI DAN TANGGA PRESTASI HARAPAN
A. PROFESIONALISASI (5-P) - (Upaya Peningkatan Mutu Profesi
dengan Skill dan Teknik) |
1. Punya kemauan yang tinggi (ceramah adalah
bagian dari dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar yang wajib dikerjakan) |
2. Punya motivasi belajar yang keras
(kecakapan berceramah adalah bakat atau pembawaan dari kecil, tapi tanpa
belajar bakat tidak akan berkembang. Selama mau belajar tidak ada yang tidak
mungkin/mustahil) |
3. Punya semangat berlatih, terutama
mengolah vokal agar artikulasi suaranya terdengar jelas (dengan cara “trial
and error”, seseorang akan makin matang pengalaman dan kemampuannya; “no
sweet without sweat”: “tidak ada yang manis tanpa berkeringat”) |
4. Punya keberanian dan keyakinan yang
tinggi (punya tekad “saya pasti bisa”, dengan selalu mencoba, mencoba dan
mencoba; “faith will remove mountains”: “keyakinan akan dapat memindahkan
gunung-gunung”) |
5. Punya semangat untuk memperkaya materi,
(menambah wawasan dan update pengetahuan dari berbagai sumber yang benar,
logis dan bisa dipertanggungjawabkan) |
materi bagus untuk dakwah yang baik
BalasHapus