Di Masa Pandemi, LDII Jabar Ajak Hidup Sehat dan
Produktif
Pada masa pandemi Covid-19 ini, DPW LDII Provinsi
Jawa Barat menggaungkan agar masyarakat selalu bisa mempertahankan kondisi
kesehatan dan supaya lebih produktif saat beraktivitas sehari-hari. Hal ini
sesuai dengan pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) Kesehatan dan Lingkungan
Hidup dengan tema “Sehat dan Produktif di Masa Pandemi Menuju Jawa Barat Lahir
Batin” yang diselenggarakan DPW LDII Provinsi Jawa Barat dalam Pra Muswil VIII
secara daring, diikuti sekitar 500 peserta dari 27 DPD LDII Kota dan Kabupaten
se-Jawa Barat, Sabtu (28/11/2020).
Dalam sambutan pembukaannya, Ketua DPW LDII Provinsi Jawa Barat Drs Bahrudin MM mengajak agar semua warga LDII dan masyarakat luas untuk selalu menjaga kesehatan diri dan keluarga serta lingkungan masing-masing dengan selalu melaksanakan protokol kesehatan yang ada, yakni dengan menerapkan 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) dan 3T (tracing, testing, treatment).
“Dua hal itu merupakan upaya atau ikhtiar kita untuk
memutus mata rantai virus Covid-19. 3M membicarakan peran kita tentang
individu, sedangkan 3T memberikan notifikasi atau pemberitahuan kepada orang
sekitar untuk waspada,” ujar Bahrudin.
Sementara para pemateri FGD berasal dari institusi
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa
Barat, dan Ketua Tim Satgas Covid-19 DPP LDII, yakni Wini Nurwini SKM MSi
(Fungsional Promosi Kesehatan Ahli Muda Dinkes Provinsi Jawa Barat), Titin
Sumiyati SSi MM (Kasi Pengembangan Kapasitas dan Kemitraan Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Barat), dan dr Dani Pramudya SpEM (Ketua Tim Satgas Covid-19 DPP
LDII).
Dalam paparannya, Wini Nurwini mengapresiasi LDII
yang berkontribusi dalam mengedukasi masyarakat, terutama warga LDII, mengenai
penanganan kesehatan pada masa pandemi Covid-19. Sehingga diharapkan bisa
menyiapkan generasi bangsa yang bisa berkontribusi dalam kondisi sehat, bugar,
dan produktif.
“Kalau bugar pasti sehat dan bisa melaksanakan
kegiatan sehari-hari dengan lebih enak dan bahagia. Produktivitas pun akan
meningkat,” ujar Wini.
Berdasarkan Inpres No.1 Tahun 2017 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat, imbuh Wini, semua komponen, baik pemerintah, swasta,
ormas, dan masing-masing individu masyarakat harus ikut berperan serta.
Pasalnya, kesehatan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, namun tanggung
jawab semua pihak.
“Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, disebutkan bahwa setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya. Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam
upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial,”
urainya.
Rendahnya Kesadaran Masyarakat Tentang Sampah
Sementara Titin Sumiyati SSi MM Kasi Pengembangan
Kapasitas dan Kemitraan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat menjelaskan
bahwa manusia di seluruh dunia membuang sampah sebanyak 60 ton setiap detik,
sehingga menimbulkan pertambahan gas beracun yang dihasilkan sampah dan
berkurangnya udara segar yang digunakan manusia untuk bernafas.
“Hal ini disebabkan karena rendahnya kepedulian publik, trend komposisi sampah
plastik, peran dan tanggung jawab produsen, dan masih lemahnya penegakan
hukum,” ujarnya.
Menurut Titin, sekitar 17,6 miliar ton/tahun sampah
plastik masuk ke laut atau sekitar berat 500 pesawat jumbo jet. Bahkan, luas
gugusan sampah plastik di laut global mencapai luasan 3x negara Perancis. Hal
ini menyebabkan terjadinya pencemaran air, udara, dan tanah, terjadinya
penyusutan sumber daya alam, deforestasi, penipisan lapisan ozon, dan hujan
asam.
“Selain itu timbul berbagai penyakit, banjir,
kekeringan, dan kejadian lain yang dapat merusak kelestarian lingkungan dan
mengancam kehidupan manusia,” paparnya.
Mengenai sampah kantong plastik, urai Titin, di
Indonesia terdapat 90.000 minimarket yang menghasilkan sampah kantong plastik
sebanyak 9,85 miliar kantong plastik. Jika hal ini dibiarkan, maka pada tahun
2050 diperkirakan sampah kantong plastik akan lebih banyak dibandingkan satwa
laut.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, Titin
menambahkan, perlu dilaksanakan pengelolaan sampah dengan konsep 3R yaitu
reduce, reuse, dan recycle. Reduce dengan mengurangi pemakaian dari bahan-bahan
yang dapat merusak lingkungan. Misalnya mengurangi penggunaan tisu dan kertas,
dan mengurangi belanja barang yang tidak terlalu perlu. Sementara reuse dengan
memakai kembali barang yang sudah tidak perlu lagi. Misalnya memberikan barang
tersebut kepada yatim piatu atau sanak keluarga.
“Sedangkan recycle yakni mendaur ulang sampah menjadi
suatu barang baru yang dapat digunakan kembali dan layak fungsi. Contoh mendaur
ulang sampah organik di rumah, menjadikan botol minuman menjadi wadah pot
tanaman, atau mendaur ulang kertas menjadi kertas kembali,” jelas Titin.
Protokol Kesehatan Ketat
Pada masa new normal dalam menghadapi pandemi
Covid-19, menurut dr Dani Pramudya SpEM Ketua Tim Satgas Covid-19 DPP LDII
mengatakan, masyarakat harus melaksanakan protokol kesehatan lebih ketat lagi.
Selain melaksanakan 3M yakni mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
menjaga jarak minimal 1 meter, dan menggunakan masker, masyarakat juga harus
memperhatikan protokol ventilasi, durasi, dan jarak (VDJ).
“Setiap rumah tangga memiliki faktor resiko
penularan Covid-19 yang berbeda. Seperti setiap keluarga memiliki kondisi
kesehatan yang berbeda-beda, jumlah orang yang keluar rumah berbeda seperti
keluar bekerja dan kuliah, jumlah keluarga yang tinggal di satu atap, luas
rumah tinggal, dan lainnya,” paparnya.
Menurut Dani, walaupun sulit untuk menghilangkan
kemungkinan terkena Covid-19, setiap keluarga dapat meminimalisir resiko
penularan dengan memperhatikan faktor VDJ di rumah dan keluarga. “Ventilasi
dengan membuka jendela dan pintu agar udara segar mengalir, menghindari berada
di ruangan tertutup khususnya dengan anggota keluarga yang rentan dan keluarga
yang sering keluar rumah. Durasi yakni menyediakan kamar terpisah jika ada
anggota keluarga yang harus bekerja di luar rumah dan mengurangi interaksinya
dengan anggota yang rentan. Sementara jarak yakni anggota keluarga yang bekerja
di luar rumah, jika memungkinkan menjaga jarak dan menggunakan masker di
sekitar keluarga lainnya, khususnya lansia dan balita,” urainya.
Untuk mencegah Covid-19 dalam kegiatan keagamaan,
menurut Dani, perlu untuk menjaga kebersihan dan lingkungan tempat ibadah,
menyediakan tempat cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau hand
sanitizer, melaksanakan kegiatan keagamaan secara online, mengimbau umat untuk
memperhatikan informasi dan panduan resmi dari pemerintah. “Selain itu,
mendorong umat untuk mendukung pemerintah dalam menerapkan social distancing,”
tambahnya.