Purbalingga . Tiga ormas keagamaan terbesar di Indonesia: Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan LDII menggelar “Ngaji Bareng” dengan tema “Pengajian Lintas Ormas”. Acara itu dihelat di Bobotsari, Purbalingga, Jawa Tengah pada Minggu (5/3).
Acara tersebut juga dihadiri Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkompimcam Bobotsari). Dalam sambutannya Ketua PC LDII Bobotsari, Yusuf menjelaskan sebagai umat manusia supaya selalu bersyukur pada Allah SWT yang telah memberi semua apa yang kita butuhkan.
“Kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas kehadiran peserta pengajian dan tamu undangan yang telah berkenan hadir dalam acara ngaji bersama ini,” ujar Yusuf.
Pada kesempatan itu, Camat Bobotsari, Sutrisno mengatakan pihaknya mengapresiasi LDII, yang telah menyelenggarakan acara pengajian bersama ini, “Toleransi beragama sangat perlu untuk ditingkatkan, masalah aqidah tak perlu diperdebatkan karena LDII ormas yang sangat toleransi terbukti nama ormasnya sudah ada kata Indonesia-nya,” ujarnya.
Dalam bertoleransi tidak boleh memaksa keyakinan orang lain dalam beribadah, diskriminatif terhadap ormas lain, agar tercipta rasa aman, nyaman dan terhindar dari masalah perdebatan.
Pengajian lintas ormas tersebut di isi oleh Abdurrahman dari LDII, yang menyampaikan Kitab Shohih Bukhori Juz 2, Dilanjutkan KH Ischaq Abdul Aziz dari Majlis Tarjih Muhammadiyah dengan materi pengajian berjudul perbedaan ilmu dan harta.
Ia juga mengatakan bahwa yang dikaji LDII sangat luar biasa, “Ulama-ulama muda LDII sangat pandai dan sangat mendalam menyampaikan Kitab Shohih Bukhari yang sering disebut sebagai kitab gundul,” tutur KH Ischaq.
Acara tersebut ditutup oleh Ketua DPD LDII Kabupaten Purbalingga Kusno Rahardjo. Ia juga mengatakan bahwa pengajian seperti ini perlu dilestarikan agar ukhuwah Islamiyah sesama ormas Islam tetap terjaga, “Hari ini yang mengisi dari Muhammadiyah, Insya Alloh dalam kesempatan berikutnya akan juga di isi oleh ustad Nahdlatul Ulama,”ungkapnya.
Selain itu, Kusno juga menyampaikan rahmatan lil alamin sungguh terasa bagi warga negara Indonesia, “Negara Indonesia bukanlah negara Islam, di mana perbedaan dijamin oleh konstitusi yang merupakan perwujudan dari Sunnatulloh patut kita syukuri dan kita jaga bersama,” ungkap Kusno. (*)