Surabaya (17/4). Menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri, Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto mengajak umat Islam untuk mengentaskan kemiskinan. Hal tersebut ia tegaskan saat memberikan santunan kepada anak yatim dan duafa di Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya, pada Jumat (14/4).
“Ramadan merupakan momentum meningkatkan kesalehan sosial, apalagi negeri kita ini memiliki kearifan lokal berupa gotong-royong. Hari ini kita berbagi, namun dalam jangka panjang umat Islam memiliki pekerjaan rumah berupa pengentasan kemiskinan,” ujar KH Chriswanto.
Pada momen mendekati Idul Fitri, ia mengingatkan banyak warga yang kurang beruntung. Mereka juga melaksanakan ibadah puasa di tengah kekurangan. Untuk meringankan beban mereka, sekaligus mewujudkan kebersamaan dalam hari kemenangan, KH Chriswanto mengajak untuk berbagi dengan anak yatim dan duafa.
“Menyantuni anak yatim itu memiliki tempat tersendiri dalam Alquran, bahkan menjadi perintah Allah. Di sampung itu, doa anak yatim adalah doa yang mustajab. Mereka juga merupakan mustahiq, yakni orang-orang yang berhak mendapat santunan,” tutur KH Chriswanto. Sejak tiga tahun terakhir, pemberian santunan selalu diarahkan kepada anak yatim, anak difabel, dan duafa.
Ia berharap para anak yatim tidak merasa sendirian dan kesepian, meyakinkan mereka bahwa banyak potensi yang dapat membantu di sela-sela kesulitan ekonomi saat ini. Menurutnya, pemberian santunan kepada anak yatim tersebut merupakan bagian dari program nasional DPP LDII sepanjang Ramadan.
“Santunan anak yatim ini kami lakukan secara nasional. Pengurus LDII di berbagai tingkatan juga melakukan hal yang sama. Selain itu, media resmi DPP LDII menayangkan acar Oase Hikmah dalam rangka mendorong peningkatan ibadah. Kami juga membagikan takjil serentak secara nasional, dan menyalurkan pembagian zakat dan berbagai kegiatan sosial lainnya,” tutur alumni Teknik Perkapalan New Castle University itu.
Pemberian santunan yang dilakukan KH Chriswanto Santoso tersebut mendapat apresiasi dari Camat Gunung Anyar, Ario Bagus Permadi. Menurutnya, langkah Ketua Umum DPP LDII tersebut selaras dengan visi pemerintah Kota Surabaya, yakni visi kota yang bergotong-royong, menuju kota dunia, maju, humanis dan berkelanjutan, “Poin utama bagaimana Surabaya bisa maju dan menjadi kota dunia yang paling awal adalah gotong royong,” ujar Ario.
Untuk menjadi kota dunia, pemerintah Kota Surabaya tidak bisa bekerja sendiri “Kami membutuhkan peran serta banyak pihak baik masyarakat, pengusaha dan pihak-pihak terkait. Beberapa waktu terakhir ini kami juga konsentrasi menyelesaikan permasalahan sosial untuk anak-anak stunting, anak-anak putus sekolah, yatim piatu, penyandang disabilitas,” imbuh Ario.
Namun, setelah mengevaluasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), pemerintah Kota Surabaya tidak dapat memenuhi semua kebutuhan penyelesaian masalah sosial, kesejahteraan, kesehatan, pendidikan dan infrastruktur, “Otomatis dibutuhkan peran serta banyak pihak untuk bersama-sama untuk penyelesaian masalah kesejahteraan, sosial dan kesehatan,” ujar Ario.
“Kami 31 Camat di Kota Surabaya bergerak bersama, menggugah para pengusaha dan saudara-saudara kami untuk ikut serta bergabung dengan Pemkot Surabaya untuk menyelesaikan permasalah tersebut,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) Kecamatan Gunung Anyar Erna Yuliaty Chriswanto, mengatakan pihaknya dalam tiga tahun terakhir bekerja sama dengan LDII untuk menyalurkan santunan, “Santunan diberikan berdasarkan pendataan yang dilakukan di setiap kelurahan. Kerja sama setiap setahun sekali, telah berjalan selama tiga tahun. Alhamdulillah terus berkesinambungan,” tutur Erna.
Dalam kegiatan tersebut, KH Chriswanto memberikan 50 paket bingkisan berupa uang dan sembako yang diperuntukkan bagi anak yatim dan duafa. Sementara itu, PC LDII Gunung Anyar juga menyalurkan bantuan sembako di kelurahan-kelurahan yang ada di kecamatan tersebut, “Kegiatan ini bergiliran dari berbagai potensi yang perlu disantuni. Jika tahun sebelumnya adalah anak-anak penyandang disabilitas, untuk tahun ini targetnya adalah anak yatim dan dhuafa berdasarkan data dari Dinas Sosial,” ujarnya.