Kilat adalah fenomena alam yang indah sekaligus berbahaya. Kilat bisa menyebabkan kerusakan, kebakaran, atau kematian bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Untuk melindungi diri dari ancaman kilat, manusia telah menggunakan teknologi penangkal petir sejak zaman Benjamin Franklin, yaitu sebuah tiang logam yang dipasang di atas bangunan atau struktur lainnya untuk menarik dan mengalirkan kilat ke tanah.
Namun, teknologi penangkal petir ini memiliki keterbatasan. Luas area perlindungan yang ditawarkan oleh penangkal petir bergantung pada tingginya. Sebuah penangkal petir dengan tinggi 10 meter hanya bisa melindungi area dengan radius 10 meter. Untuk melindungi area yang lebih luas, seperti bandara, lapangan terbang, stasiun listrik, atau taman angin, dibutuhkan penangkal petir dengan tinggi ratusan meter atau bahkan kilometer, yang tentu saja tidak praktis.
Untuk mengatasi masalah ini, para ilmuwan telah mencoba menggunakan laser sebagai pengganti penangkal petir. Laser adalah alat yang bisa menghasilkan sinar cahaya yang sangat kuat dan terarah. Dengan menembakkan laser ke langit, para ilmuwan berharap bisa menciptakan sebuah batang petir virtual yang bisa menarik dan mengarahkan kilat ke arah yang diinginkan.
Konsep ini sudah pernah diuji coba di laboratorium, tetapi baru-baru ini berhasil diterapkan di dunia nyata. Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan di puncak gunung Säntis di Swiss, para ilmuwan berhasil mengendalikan kilat dengan menggunakan laser berkekuatan tinggi.
Eksperimen ini dilakukan oleh para ilmuwan dari Institut Polytechnique de Paris di Prancis, Universitas Jenewa di Swiss, dan perusahaan TRUMPF Scientific Lasers GmbH + Co. KG di Jerman. Mereka memasang sebuah laser inframerah berkekuatan 100 terawatt (setara dengan 100 triliun watt) di dekat sebuah menara telekomunikasi yang memiliki penangkal petir. Menara ini sering disambar kilat sekitar 100 kali setiap tahunnya.
Para ilmuwan mengaktifkan laser selama total enam jam selama musim badai antara Juli dan September 2021. Mereka menembakkan laser ke arah awan dengan frekuensi 1.000 kali per detik. Setiap tembakan laser menghasilkan pulsa cahaya yang sangat singkat dan intens, yaitu sekitar 200 femtosekon (setara dengan 0,0000000000002 detik).
Pulsa-pulsa cahaya ini membuat udara menjadi terionisasi, yaitu proses di mana molekul-molekul udara kehilangan atau mendapatkan elektron sehingga menjadi bermuatan listrik. Udara terionisasi ini membentuk sebuah saluran plasma, yaitu gas bermuatan listrik yang bisa menghantarkan arus listrik.
Saluran plasma ini berfungsi sebagai batang petir virtual yang bisa menarik kilat dari awan ke arah menara telekomunikasi. Dengan menggunakan kamera berkecepatan tinggi dan alat-alat pengukur lainnya, para ilmuwan berhasil merekam empat kali peristiwa pengendalian kilat dengan laser.
Salah satu peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 24 Juli 2021. Kamera berkecepatan tinggi menangkap gambar kilat yang mengikuti saluran plasma sepanjang sekitar 50 meter sebelum menyentuh menara telekomunikasi. Kilat ini seharusnya menyambar tanah di tempat lain, tetapi berhasil dialihkan oleh laser.
Penemuan ini merupakan demonstrasi pertama bahwa teknologi laser bisa digunakan untuk mengendalikan kilat di dunia nyata. Teknologi ini bisa menjadi alternatif atau pelengkap dari teknologi penangkal petir konvensional. Teknologi ini bisa melindungi area yang lebih luas dari ancaman kilat dengan cara yang lebih efisien dan fleksibel.
Teknologi ini juga bisa memiliki manfaat lain, seperti untuk penelitian ilmiah, pengembangan energi, atau pertahanan militer. Misalnya, teknologi ini bisa digunakan untuk mempelajari sifat-sifat fisika dan kimia dari kilat, yang masih banyak misterinya. Teknologi ini juga bisa digunakan untuk menghasilkan listrik dari kilat, yang merupakan sumber energi yang sangat besar tetapi belum dimanfaatkan. Teknologi ini juga bisa digunakan untuk melindungi instalasi militer atau sipil dari serangan rudal atau pesawat musuh dengan cara menghancurkannya dengan kilat.
Namun, teknologi ini juga memiliki tantangan dan risiko yang perlu diwaspadai. Teknologi ini membutuhkan laser yang sangat kuat dan mahal, yang tidak mudah didapatkan atau dioperasikan. Teknologi ini juga membutuhkan kondisi cuaca yang tepat, yaitu adanya badai petir yang cukup intens dan stabil. Teknologi ini juga bisa menimbulkan dampak lingkungan yang belum diketahui, seperti perubahan iklim mikro atau gangguan ekosistem.
Oleh karena itu, teknologi ini perlu dikembangkan dan diuji coba lebih lanjut sebelum bisa diterapkan secara luas dan aman. Para ilmuwan perlu melakukan eksperimen lebih banyak dengan menggunakan laser yang lebih kuat dan variabel yang lebih beragam. Para ilmuwan juga perlu melakukan studi lebih mendalam tentang mekanisme dan efek dari teknologi ini. Para ilmuwan juga perlu berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait, seperti pemerintah, industri, atau masyarakat, untuk membuat regulasi dan standar yang sesuai untuk teknologi ini.