SLEMAN - Program Kampung Iklim (ProKlim) sebagai aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di tingkat tapak berbasis partisipasi masyarakat. Ketokohan lokal menjadi faktor penentu keberlanjutan ProKlim. Untuk itu, pemberdayaan masyarakat dan menemukenali tokoh-tokoh lokal perlu diupayakan melalui berbagai cara.
Mewujudkan hal itu, Pengurus DPW LDII DIY bertekad mewujudkan kampung ProKlim yang dipusatkan di Desa Wisata Sangurejo, Wonokerto, Turi, Sleman dengan melibatkan dai sebagai penggeraknya. Untuk membekali mereka, DPW LDII DIY bersama Fakultas Kehutanan UGM, MUI DIY, P3 Ekoregion Jawa KLHK dan Kanwil Kemenag DIY menggelar Pelatihan Dai ProKlim.
Acara ini diikuti dai dari takmir masjid naungan LDII seluruh DIY secara daring sebanyak 450 peserta dan luring sebanyak 34 peserta dengan studio pusat di aula Masjid Al Huda, Sangurejo, Sabtu (10/6/2023).
Dalam pidato pembukaannya, Ir. Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D., Ketua DPW LDII DIY mengajak para dai untuk peduli lingkungan di wilayahnya masing-masing. "Kedepannya, saya berharap satu dai bisa mengelola satu kampung ProKlim," ungkapnya.
Ari Yuwono, S.Hut., M.Sc., dari Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Jawa menyampaikan bahwa ProKlim merupakan program nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mengendalikan iklim. Untuk berjalannya program ini dibutuhkan partisipasi masyarakat. “Warga Sangurejo diharapkan dapat melakukan upaya adaptasi dan mitigasi secara berkesinambungan di wilayah desa ini," umgkapnya.
Dijelaskan Ari, terdapat tiga komponen program iklim. Pertama, aksi mitigasi perubahan iklim. Mitigasi perubahan iklim adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam upaya menurunkan tingkat emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebagai bentuk upaya penanggulangan dampak perubahan iklim.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara pengelolaan sampah limbah padat dan cair, penggunaan EBT, konservasi dan penghematan energi, budidaya pertanian rendah emisi GRK, meningkatkan atau mempertahankan tutupan vegetasi, dan mencegah serta menanggulangi kebakaran hutan/lahan.
Kedua, aksi Adaptasi Perubahan Iklim (API), merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim, termasuk keragaman iklim dan kejadian iklim ekstrim sehingga potensi kerusakan akibat perubahan iklim dapat dimanfaatkan, dan konsekuensi yang timbul akibat perubahan iklim dapat diatasi.
"Adaptasi Perubahan Iklim dapat dilakukan dengan berbagai serangkaian, di antaranya dengan pengendalian kekeringan, banjir, dan longsor, peningkatan ketahanan pangan, dan pengendalian penyakit terkait iklim," jelasnya.
Terdapat 8 komponen kelembagaan ProKlim, yaitu kelembagaan masyarakat, kebijakan PI, partisipasi masyarakat, kapasitas masyarakat, dukungan eksternal, pengembangan kegiatan, pengelolaan data aksi, dan manfaat ekonomi, sosial, lingkungan.
Ari Yuwono menjelaskan, dalam rangka mengendalikan perubahan program kampung iklim tersebut, KLHK membuat Program Kampung Iklim yang ada ditingkat tapak yaitu langsung di lapangan, salah satu dusun rintisan Program Kampung Iklim di Kabupaten Sleman yaitu Dusun Sangurejo.
“Program ini berbasis dari partisipasi dan inisiasi masyarakat. Karena nanti yang akan mendapat dampak dari perubahan iklim paling pertama adalah lapisan masyarakat, maka harapannya semua masyarakat dapat sadar untuk menjaga lingkungan,” terangnya.
Ditambahkan Darmo, S.Hut., MT., juga dari P3E Jawa, tidak mungkin ProKlim berjalan bila hanya dilakukan oleh KLHK. Bahkan tidak sedikit yang gagal mempertahankan predikat ProKlim akibat tidak berkesinambungan dalam merawat lingkungannya.
Dibutuhkan penggerak dari kampung itu untuk selalu merawat lingkungan. “Apabila dapat terwujud satu dai satu kampung iklim, itu sangat bagus,” imbuhnya menanggapi rencana ProKlim yang digagas DPW LDII DIY.
Selain itu, Darmo juga mengajak pada peserta Pelatihan Dai Lingkungan untuk menciptakan 3 peranan dalam Proklim, di antaranya menjadi suri tauladan dalam mengelola lingkungan, menjadi pembina masyarakat dalam mengelola lingkungan, sekaligus menjadi pengawas.
“Sadar lingkungan ada 2, yaitu sadar konservasi dan sadar pengendalian pemberdayaan lingkungan. Maka dari itu, ayo ciptakan masyarakat sadar lingkungan sehingga tercipta 3 peranan dalam program iklim,” ajaknya.
Melengkapi materi pelatihan, Ketua Komisi Dakwah MUI DIY, KH. Drs. Syaifuddin Jufri, M.A. menyampaikan bahwa MUI memiliki tagline “Khadimul Ummah dan Shodiqul Hukumah” yamg merupakan Pelayan Umat dan Partner Pemerintah. “LDII DIY di bawah payung besarnya MUI," tuturnya.
Ditegaskan pula, hutan rusak dan lingkungan rusak itu bukan takdir, tetapi ulah manusia sendiri. “Dai LDII sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, harus bisa amanat untuk merawat bumi beserta lingkungan yang telah diberikan olehNya,” pungkasnya menutup pembekalan materi.