Alim dan Faqih, Beruntung Jika Seseorang Memiliki Keduanya

Alim dan Faqih, Beruntung Jika Seseorang Memiliki Keduanya


Islam adalah agama yang mengajarkan kita untuk mencintai ilmu dan mengamalkannya. Ilmu tanpa amal adalah seperti pohon tanpa buah, sedangkan amal tanpa ilmu adalah seperti bangunan tanpa pondasi. Kedua hal ini harus seimbang dan saling melengkapi dalam diri seorang muslim.

Alim adalah seseorang yang memiliki ilmu yang luas tentang agama, baik dari sumber-sumber wahyu maupun dari hasil ijtihad dan penelitian. Alim tidak hanya mengetahui teori-teori agama, tetapi juga memahami konteks dan tujuan syariat. Alim juga mampu menjawab berbagai persoalan yang timbul di tengah masyarakat dengan berdasarkan dalil-dalil yang kuat dan argumentasi yang jelas.

Faqih adalah seseorang yang paham akan ilmunya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Faqih tidak hanya sekadar tahu, tetapi juga berbuat. Faqih tidak hanya menghafal ayat-ayat dan hadis-hadis, tetapi juga menghayati maknanya dan mengimplementasikannya dalam perilaku. Faqih adalah orang yang bijaksana, adil, wara', zuhud, dan bertakwa.

Beruntunglah orang yang memiliki kedua sifat ini, alim dan faqih. Ia akan menjadi teladan bagi orang lain, menjadi pemimpin yang baik, menjadi penyebar kebaikan, dan menjadi orang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Ia akan mendapatkan pahala yang besar di dunia dan akhirat.

Namun sayangnya, tidak semua orang alim juga faqih. Ada orang yang alim tetapi tidak faqih, yaitu orang yang memiliki ilmu tetapi tidak mengamalkannya atau bahkan menyimpang dari ajaran agama. Allah berfirman dalam surat Ash-Shaff ayat 2:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengucapkan apa yang tidak kamu kerjakan?"

Orang seperti ini akan mendapatkan celaan dan siksaan dari Allah. Ia akan menjadi orang yang merugi di dunia dan akhirat.

Salah satu kisah seorang yang alim namun karena tidak menghormat dan menyayangi ibunya, susah saat sakaratul maut, hingga Nabi hendak membakarnya adalah kisah  Alqamah. Alqamah adalah seorang sahabat Nabi yang sangat taat beribadah, tak pernah tertinggal puasa dan shalatnya, tak terkecuali zakat dan sedekahnya. Namun, di penghujung hayatnya, ia kesulitan mengucapkan kalimat Lā ilāha illallāh.

Setelah dilaporkan dan ditelusuri oleh Rasulullah SAW, ternyata Alqamah masih memiliki seorang ibu yang sudah tua dan hatinya pernah terluka karena sikapnya. Menurut sang ibunda, Alqamah terlalu lebih perhatian dan lebih mementingkan istrinya ketimbang ibunya. Itulah sebabnya, saat sakaratul maut, lidah Alqamah kelu tak bisa mengucap kalimah thayyibah.

Rasulullah SAW kemudian memintakan ampunan kepada sang ibunda untuk Alqamah. Demi membuka pintu maaf sang ibunda, beliau sempat meminta para sahabat mengumpulkan kayu bakar untuk membakar Alqamah. Mendengar demikian, jiwa keibuan ibunda Alqamah pun bangkit dan hatinya pun luluh. Ia merasa tidak tega jika harus melihat jasad sang anak dibakar hidup-hidup di depan mata. Hingga akhirnya ia rela memaafkan Alqamah daripada melihat jasadnya hangus terbakar api. Rasulullah SAW menyampaikan kepada sang ibunda, “Duhai ibu, api akhirat jauh lebih pedih ketimbang api dunia.”

Setelah dimaafkan, Alqamah pun dengan mudahnya menghembuskan nafas terakhir seraya mengucap kalimah Lā ilāha illallāh. Dengan kematian Alqamah, berakhir pula kesedihan sang ibunda.

Demikianlah kisah seorang yang alim namun karena tidak menghormat dan menyayangi ibunya, susah saat sakaratul maut, hingga Nabi hendak membakarnya. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah ini untuk selalu berbakti dan menyayangi orang tua kita, terutama ibu kita.

Marilah kita berusaha untuk menjadi orang yang alim dan faqih. Mari kita rajin belajar ilmu agama dari sumber-sumber yang benar dan terpercaya. Mari kita mengaji ayat-ayat Allah dan sunnah Rasul-Nya dengan pemahaman yang benar dan mendalam. Mari kita mengamalkan ilmu kita dengan ikhlas dan istiqomah. Mari kita menjadi orang yang bermanfaat bagi diri kita sendiri, keluarga kita, masyarakat kita, dan umat Islam secara keseluruhan.

Semoga Allah memberkahi kita dengan ilmu yang bermanfaat, amal yang shalih, hati yang suci, dan akhir yang husnul khatimah. Aamiin.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama