Jangan Sibuk Berprasangka Buruk, Hingga Lupa pada Diri Sendiri

Jangan Sibuk Berprasangka Buruk, Hingga Lupa pada Diri Sendiri



Salah satu akhlak tercela yang sering dilakukan oleh manusia adalah menghina, mencela, atau menggunjingkan orang lain. Padahal, hal ini tidak hanya merugikan orang yang menjadi sasaran, tetapi juga merugikan diri sendiri. Sebab, dengan sibuk memperhatikan kekurangan orang lain, kita akan lupa untuk memperbaiki diri sendiri. Kita akan menjadi sombong, angkuh, dan merasa lebih baik dari orang lain. Padahal, bisa jadi orang yang kita hina itu lebih baik dari kita di sisi Allah.

Peribahasa “semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak terlihat” menggambarkan betapa manusia sering kali tidak adil dalam menilai diri sendiri dan orang lain. Kita cenderung melihat kesalahan atau kekurangan orang lain dengan terang-terangan, bahkan mencari-cari dan mengumbar-umbarnya. Namun, kita abai terhadap kesalahan atau kekurangan diri sendiri yang lebih besar dan lebih nyata. Kita menutup-nutupi dan membela-bela diri sendiri dengan berbagai alasan.

Hal ini tentu bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan kita untuk bersikap rendah hati, tawadhu’, dan introspeksi diri. Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 12: "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah melarang mukmin untuk berprasangka buruk, mencari-cari aib, dan menggunjingkan saudara seiman mereka. Hal ini karena perbuatan tersebut sama dengan memakan daging saudara sendiri yang sudah mati, yaitu sesuatu yang sangat menjijikkan dan haram. Allah juga menegaskan bahwa perbuatan tersebut adalah dosa dan zalim, sehingga perlu bertaubat kepada Allah yang Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.

 

Perbanyak Instropeksi Diri


Perbanyak Instropeksi Diri

Introspeksi diri adalah suatu proses di mana seseorang berpikir secara mendalam dan kritis tentang karakter, perilaku, emosi, dan motif yang ada pada dirinya sendiri. Dengan melakukan introspeksi diri, seseorang dapat mengevaluasi apa yang telah ia lakukan di masa lalu, apa yang ia rasakan di masa kini, dan apa yang ia harapkan di masa depan. Introspeksi diri juga dapat membantu seseorang untuk mengenali kelebihan dan kekurangan dirinya, serta mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki atau meningkatkan dirinya.

Introspeksi diri memiliki banyak manfaat, antara lain:

  • Meningkatkan kepercayaan diri, karena seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan lebih baik dan membuat keputusan yang lebih tepat.
  • Memunculkan ide atau perspektif baru, karena seseorang dapat melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dan lebih kreatif.
  • Mengurangi stres, karena seseorang dapat mengendalikan emosi dan pikiran yang negatif dan mencari solusi yang positif.
  • Meningkatkan empati pada orang lain, karena seseorang dapat memahami perasaan dan kebutuhan orang lain dengan lebih baik dan bersikap lebih ramah dan toleran.
  • Membantu seseorang menemukan kebahagiaan, karena seseorang dapat menghargai dirinya sendiri dan orang lain, serta menikmati hidup dengan lebih bersyukur.

Untuk melakukan introspeksi diri, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain:

  • Menulis jurnal atau diary, yaitu mencatat apa yang terjadi dalam hidup sehari-hari, apa yang dirasakan, apa yang dipelajari, dan apa yang ingin dicapai.
  • Meditasi atau berdoa, yaitu menyendiri sejenak untuk merenungkan dan menyadari kehadiran diri sendiri dan Tuhan.
  • Membaca buku atau artikel inspiratif, yaitu mencari informasi atau ilmu pengetahuan yang dapat membuka wawasan dan memotivasi diri sendiri.
  • Berdiskusi atau berkonsultasi dengan orang lain, yaitu mencari masukan atau saran dari orang yang dipercaya atau ahli di bidang tertentu.

Marilah kita sebagai mukmin berusaha untuk menjauhi akhlak tercela ini dan menggantinya dengan akhlak terpuji. Marilah kita lebih banyak melihat pada diri sendiri dan memperbaiki kesalahan atau kekurangan kita. Marilah kita menghormati dan menyayangi saudara seiman kita tanpa membeda-bedakan atau merendahkan mereka. Marilah kita saling menasehati dan membantu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dengan demikian, kita akan mendapatkan ridha Allah dan kebahagiaan dunia akhirat.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama