Sumpah Pemuda 2023 Tanggal 28 Oktober, Contoh Tema Peringatan ke-95


Peringatan hari Sumpah Pemuda adalah salah satu peringatan hari nasional yang penting dan bermakna bagi bangsa Indonesia. Upacara bendera adalah salah satu cara untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa para pemuda yang telah berani mengucapkan Sumpah Pemuda, serta untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan bangsa di kalangan generasi muda Indonesia.

Sejak tahun 1959, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda, yaitu hari nasional yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Sumpah Pemuda. Peringatan Hari Sumpah Pemuda dimaksudkan untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa para pemuda yang telah berani mengucapkan Sumpah Pemuda, serta untuk menggugah dan mempertahankan semangat persatuan dan kebangsaan di kalangan generasi muda Indonesia.

Peringatan Hari Sumpah Pemuda biasanya dilakukan dengan berbagai kegiatan, seperti upacara bendera, lomba-lomba, seminar, diskusi, pameran, pentas seni, dan lain-lain. Peringatan Hari Sumpah Pemuda juga menjadi momentum untuk mengajak para pemuda Indonesia untuk berperan aktif dalam pembangunan bangsa, serta menjaga nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Beberapa contoh tema untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-95 tanggal 28 Oktober 2023 :

  • Generasi Muda Indonesia: Menghidupkan Kembali Semangat Sumpah Pemuda
  • Membangun Persatuan dan Kebangsaan Indonesia dengan Mengamalkan Sumpah Pemuda
  • Indonesia Raya: Mimpi dan Harapan dari Sumpah Pemuda
  • Menjadi Pemuda yang Berani, Bertanggung Jawab, dan Berbakti: Pelajaran dari Sumpah Pemuda
  • Dari Sumpah Pemuda ke Pancasila: Menjaga Ideologi dan Nilai-nilai Bangsa Indonesia
  • Menghadapi Era Digital dengan Jiwa Sumpah Pemuda
  • Sumpah Pemuda: Tidak Hanya Sejarah, Tetapi Juga Masa Depan
  • Merawat Keragaman dan Keindahan Indonesia dengan Sumpah Pemuda
  • Sumpah Pemuda: Inspirasi untuk Menciptakan Karya dan Inovasi bagi Indonesia
  • Sumpah Pemuda: Menyemai Cinta Tanah Air dan Bangsa Indonesia


Sejarah Sumpah Pemuda, Ikrar Kesatuan Bangsa Indonesia

Sumpah Pemuda adalah salah satu tonggak penting dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Sumpah Pemuda diucapkan pada tanggal 28 Oktober 1928, dalam Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan di Batavia (kini Jakarta). Dalam ikrar tersebut, para pemuda menyatakan bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu: Indonesia.

Latar Belakang Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan merupakan hasil dari proses panjang dan dinamis dari pergerakan pemuda Indonesia. Sejak awal abad ke-20, berbagai organisasi pemuda bermunculan di berbagai daerah, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Islamieten Bond, dan lain-lain. Organisasi-organisasi ini memiliki tujuan dan latar belakang yang berbeda-beda, namun mereka memiliki kesamaan dalam hal mengkritisi penjajahan Belanda dan menuntut perubahan sosial, politik, dan ekonomi.

Salah satu organisasi pemuda yang berperan penting dalam menyatukan berbagai organisasi lainnya adalah Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). PPPI didirikan pada tahun 1926 oleh para pelajar yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. PPPI memiliki visi untuk membangun persatuan dan kesadaran nasional di kalangan pemuda. PPPI juga mengusulkan untuk menyelenggarakan kongres pemuda yang melibatkan semua organisasi pemuda yang ada.

Kongres Pemuda Pertama

Kongres Pemuda Pertama diselenggarakan pada tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926 di Batavia. Kongres ini dihadiri oleh perwakilan dari 25 organisasi pemuda, termasuk PPPI, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Studerenden Minahasaers, Jong Bataks Bond, Pemuda Kaum Theosofi, dan lain-lain. Tujuan kongres ini adalah mencari jalan untuk membina perkumpulan pemuda yang tunggal, dengan membentuk sebuah badan sentral yang dapat memajukan persatuan dan kebangsaan Indonesia, serta menguatkan hubungan antara sesama perkumpulan pemuda.

Namun, kongres ini tidak menghasilkan keputusan yang memuaskan bagi semua pihak, karena masih adanya perbedaan pandangan dan kepentingan di antara para peserta. Beberapa isu yang menjadi sumber perdebatan adalah masalah agama, bahasa, dan pendidikan. Beberapa organisasi pemuda beragama, seperti Jong Islamieten Bond, menolak untuk bergabung dengan organisasi pemuda yang bersifat sekuler, seperti PPPI. Beberapa organisasi pemuda daerah, seperti Jong Java, menolak untuk mengorbankan bahasa dan budaya daerah mereka demi bahasa dan budaya nasional. Beberapa organisasi pemuda juga memiliki pandangan yang berbeda tentang sistem pendidikan yang diinginkan, apakah harus mengikuti model Belanda, model Barat, atau model Timur.

Kongres Pemuda Kedua

Meskipun Kongres Pemuda Pertama gagal mencapai kesepakatan, semangat persatuan dan kebangsaan tidak padam di kalangan pemuda. PPPI terus berusaha untuk menjalin komunikasi dan kerjasama dengan organisasi pemuda lainnya, dengan mengadakan pertemuan-pertemuan informal dan diskusi-diskusi terbuka. PPPI juga mengusulkan untuk menyelenggarakan Kongres Pemuda Kedua, dengan harapan dapat menemukan titik temu dan rumusan bersama yang dapat diterima oleh semua pihak.

Kongres Pemuda Kedua diselenggarakan pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 di Batavia. Kongres ini diikuti oleh lebih banyak peserta dari kongres pertama, termasuk PPPI, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, Pemuda Indonesia, Jong Celebes, Jong Ambon, Katholikee Jongelingen Bond, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, dan lainnya. Hadir pula beberapa orang perwakilan dari pemuda peranakan kaum Tionghoa di Indonesia, seperti Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok, dan Tjio Djien Kwie.

Kongres ini diselenggarakan di tiga gedung dan tiga rapat yang berbeda, yaitu:

  • Rapat pertama di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng, dengan pembicara utama Soegondo Djojopoespito selaku ketua kongres, dan Mohammad Yamin selaku penulis rumusan kongres. Dalam rapat ini, Soegondo menyampaikan sambutan yang mengharapkan kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Mohammad Yamin menguraikan lima faktor yang dapat memperkuat persatuan Indonesia, yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

  • Rapat kedua di Gedung Oost-Java Bioscoop, dengan pembahasan utama tentang pendidikan. Pembicara dalam rapat ini adalah Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, yang sependapat bahwa setiap anak harus mendapat pendidikan kebangsaan yang demokratis dan seimbang antara sekolah dan rumah.

  • Rapat ketiga di Gedung Indonesische Clubhuis Keramat, yang kini menjadi Museum Sumpah Pemuda. Dalam rapat ini, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi, serta gerakan kepanduan. Ramelan mengemukakan bahwa gerakan kepanduan tidak dapat dipisahkan dari pergerakan nasional, karena dapat mendidik anak-anak menjadi lebih disiplin dan mandiri. Dalam rapat ini pula, diumumkan rumusan hasil kongres yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda.

Isi dan Makna Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda dirumuskan oleh Mohammad Yamin, kemudian diserahkan kepada Soegondo Djojopoespito selaku ketua kongres, yang menyetujuinya. Naskah Sumpah Pemuda kemudian menjadi keputusan kongres yang disetujui oleh semua peserta. Sumpah Pemuda berisi tiga butir ikrar, yaitu:

  1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
  2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
  3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda memiliki makna yang sangat mendalam bagi sejarah bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda menunjukkan bahwa para pemuda telah menyadari dan mengakui identitas mereka sebagai bangsa Indonesia, yang memiliki tanah air, bangsa, dan bahasa yang sama. Sumpah Pemuda juga menunjukkan bahwa para pemuda telah bersatu dan berkomitmen untuk berjuang demi kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Sumpah Pemuda menjadi semangat dan inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya yang melanjutkan perjuangan kemerdekaan Indonesia.





Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama