Webinar Posketren LDII, Pondok Pesantren Tempat Menimba Ilmu Agama dan Menjaga Kesehatan

Pondok Pesantren, Tempat Menimba Ilmu Agama dan Menjaga Kesehatan


SURABAYA - Pondok pesantren (Ponpes) merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan akhlak generasi muda. Banyak orang yang tertarik untuk belajar di Ponpes karena ingin mendalami ilmu agama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, belajar di Ponpes tidak hanya menuntut kedisiplinan dalam hal ibadah, tetapi juga dalam hal kesehatan. Sebagai tempat berkumpulnya orang-orang dari berbagai daerah, Ponpes memiliki risiko tinggi terhadap penyebaran berbagai penyakit. Oleh karena itu, para santri harus menjaga kesehatan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Kerja Sama Antara Pengurus dan Santri

Salah satu upaya untuk menjaga kesehatan di Ponpes adalah dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS adalah suatu pola perilaku yang mencakup kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit serta pemeliharaan kesehatan.

Untuk menerapkan PHBS di Ponpes, diperlukan kerja sama antara para pengurus dan santri. Hal ini disampaikan oleh Heris Setiawan Kusumaningrat, salah satu pemateri webinar Pos Kesehatan Pesantren (Posketren), yang diadakan pada Minggu (22/10).

“Pondok pesantren menjadi tempat berkumpul orang-orang dari berbagai wilayah yang dapat memicu berbagai penyakit. Menjaga kesehatan menjadi aspek penting yang perlu ditingkatkan oleh semua kalangan,” ujar Heris yang pernah bertugas sebagai dokter di Rumah Sakit Petrokimia, Gresik, Jawa Timur itu.

Heris menambahkan bahwa para pengurus Ponpes harus memberikan fasilitas dan pelayanan kesehatan yang memadai bagi para santri, seperti menyediakan pos kesehatan, obat-obatan, alat kesehatan, dan tenaga medis. Selain itu, para pengurus juga harus mengawasi dan mengedukasi para santri tentang pentingnya PHBS.

Sementara itu, para santri harus menjalankan PHBS dengan disiplin dan bertanggung jawab. Misalnya, dengan menjaga kebersihan diri, pakaian, tempat tidur, kamar mandi, dan lingkungan; mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan halal; melakukan olahraga secara rutin; istirahat yang cukup; dan tidak merokok atau mengonsumsi narkoba.

Penyakit yang Sering Terjadi di Ponpes

Menurut Heris, ada beberapa penyakit yang sering terjadi di lingkungan Ponpes, seperti gangguan sistem pencernaan, infeksi dan alergi, serta gangguan pada kulit dan mukosa. Penyakit-penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pola makan yang tidak sehat, kurangnya kebersihan diri dan lingkungan, kontak fisik dengan orang sakit atau benda tercemar, stres, atau faktor genetik.

Heris juga menjelaskan tanda-tanda dan cara pencegahan penyakit-penyakit tersebut. Misalnya:

  • Gangguan sistem pencernaan: dapat ditandai dengan mual, muntah, diare, sembelit, perut kembung, atau nyeri perut. Cara pencegahannya adalah dengan mengonsumsi makanan yang bersih, seimbang, dan teratur; minum air putih yang cukup; mencuci tangan sebelum dan sesudah makan; serta menghindari makanan pedas, asam, atau berlemak.
  • Infeksi dan alergi: dapat ditandai dengan demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak napas, ruam kulit, gatal-gatal, atau bengkak. Cara pencegahannya adalah dengan menjaga daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat; menghindari kontak dengan orang sakit atau benda tercemar; menggunakan masker, sarung tangan, atau alat pelindung lainnya jika perlu; serta menghindari alergen yang diketahui.
  • Gangguan pada kulit dan mukosa: dapat ditandai dengan kemerahan, iritasi, infeksi, luka, atau perubahan warna pada kulit atau mukosa. Cara pencegahannya adalah dengan menjaga kebersihan kulit dan mukosa dengan mandi secara teratur, mengganti pakaian yang kotor atau basah, memotong kuku, dan menggunakan pelembab; menghindari skin to skin, tidak menggunakan handuk, mukena, baju, atau sejenisnya bergantian; serta mengobati luka dengan antiseptik dan perban.

Prinsip Tata Kelola Penyakit

Heris juga menyampaikan bahwa dalam menangani penyakit di Ponpes, ada empat prinsip tata kelola penyakit yang harus dipahami, yaitu:

  • Promotif: bagaimana meningkatkan derajat kesehatan dengan melakukan kegiatan yang bersifat positif dan konstruktif, seperti edukasi kesehatan, imunisasi, dan pemberdayaan masyarakat.
  • Preventif: bagaimana mencegah terjadinya penyakit dengan melakukan kegiatan yang bersifat pencegahan primer dan sekunder, seperti PHBS, skrining kesehatan, dan isolasi.
  • Kuratif: bagaimana mengobati dan mencegah perburukkan penyakit dengan melakukan kegiatan yang bersifat pengobatan dan rehabilitasi medis, seperti pemberian obat, tindakan operasi, dan fisioterapi.
  • Rehabilitatif: bagaimana menyembuhkan dan memulihkan kesehatan dengan melakukan kegiatan yang bersifat restorasi dan reintegrasi sosial, seperti psikoterapi, konseling, dan bantuan hukum.

Heris menekankan bahwa keempat prinsip tersebut harus berjalan secara simultan atau bersamaan. Sehingga para santri harus segera memeriksakan diri apabila merasakan gejala-gejala penyakit untuk mempermudah penanganan.

Pentingnya Pola Asupan Gizi

Selain PHBS dan tata kelola penyakit, Heris juga menyoroti pentingnya pola asupan gizi bagi para santri. Menurutnya, asupan gizi dapat memberikan pengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang, baik secara fisik maupun mental.

Heris mengatakan bahwa para santri harus mengonsumsi makanan yang sehat dan halal sesuai dengan kebutuhan gizi harian mereka. Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Makanan yang halal adalah makanan yang tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang oleh syariat Islam.

Heris juga mengingatkan bahwa para santri tidak boleh beraktivitas dalam keadaan perut kosong. Sebab hal tersebut dapat menyebabkan penurunan konsentrasi, produktivitas, dan imunitas tubuh. Oleh karena itu, para santri harus mengatur jadwal makan mereka dengan disiplin.

“Di pondok itu aktivitasnya padat, jadi jangan sampai lupa makan. Salah satu upaya penting dalam menjaga kesehatan selain PHBS, yaitu para santri jangan sampai berkegiatan dalam keadaan perut kosong. Sebab hal tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap kondisi tubuh, maka dari itu mengelola jadwal makan harus disiplin,” tambah Heris.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama