KEDIRI - Pandemi Covid-19 telah membawa dampak yang sangat besar bagi berbagai aspek kehidupan, termasuk politik pertahanan dan ekonomi Indonesia. Untuk menghadapi tantangan ini, diperlukan pemahaman yang mendalam tentang geopolitik dan geoekonomi Indonesia, serta keterlibatan seluruh komponen bangsa, termasuk para santri.
Hal ini menjadi salah satu poin penting yang disampaikan oleh Ketua DPP LDII Ardito Bhinadi dalam acara bedah buku ‘Politik Pertahanan’ karya Juru Bicara Menteri Pertahanan, Dahnil Anzar Simanjuntak di Pondok Pesantren Wali Barokah, Kota Kediri, Jawa Timur, pada Senin (27/11). Acara tersebut dihadiri lebih dari 1.000 santri dan para pengurus LDII.
Ardito Bhinadi, yang juga merupakan ekonom dari UPN Veteran Yogyakarta, menyoroti sisi ekonomi yang dimuat dalam buku tersebut. Menurutnya, keterpurukan ekonomi bisa dipicu wabah penyakit seperti Covid-19, yang juga terjadi 100 tahun sebelumnya dengan flu Spanyol. “Setelah itu muncul lah krisis pangan dan krisis ekonomi,” tuturnya.
Selain itu, Ardito juga mengingatkan bahwa ekonomi Indonesia masih rentan pasca pandemi Covid-19, akibat perang Rusia dan Ukraina, fenomena El Nino dan perang antara kelompok Hamas dan Israel yang berdampak pada krisis ekonomi dunia. “Saat ini juga sedang terjadi perang yakni perang mata uang, perang siber, dan teknologi. Ketika negara menguasai teknologi maka dialah yang akan menang. Oleh karena itu, melek terhadap politik pertahanan berarti harus melek terhadap geopolitik dan geoekonomi Indonesia,” tutupnya.
Ardito juga menekankan pentingnya literasi terkait wawasan kebangsaan bagi para santri, yang merupakan salah satu elemen pertahanan negara. “Acara ini menjadi penting, karena bertujuan agar para santri mampu memahami nilai kebangsaan, karena santri juga salah satu komponen pertahanan tersebut,” ulasnya.
Acara bedah buku tersebut juga dihadiri oleh Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso, Guru Besar Sejarah Undip sekaligus Ketua DPP LDII Singgih Tri Sulistiyono, dan penulis buku Dahnil Anzar Simanjuntak. Mereka juga memberikan paparan dan tanggapan terkait buku tersebut, yang dianggap sebagai ekspresi bahwa pertahanan merupakan investasi bukan biaya.
Buku ‘Politik Pertahanan’ merupakan buku yang membahas tentang konsep, strategi, dan implementasi politik pertahanan Indonesia, yang ditulis oleh Dahnil Anzar Simanjuntak berdasarkan pengalamannya sebagai Juru Bicara Menteri Pertahanan. Buku ini juga mengulas tentang berbagai isu aktual yang berkaitan dengan pertahanan negara, seperti ancaman non-tradisional, kerjasama internasional, industri pertahanan, dan peran rakyat dalam sistem pertahanan rakyat semesta (Sishanrata).
Dalam paparan mengenai buku ‘Politik Pertahanan’, Dahnil menjelaskan kebijakan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, bahwa pertahanan negara tak hanya dilakukan secara militer, namun juga nirmiliter, dan hibrida atau campuran keduanya. "Jika perspektif pertahanan yang diketahui secara umum hanya militer, maka buku ini membahas ketahanan secara ekonomi, budaya, digital, dan pangan," tutur Dahnil yang pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah masa bakti 2014-2018.
Ia berpandangan, setiap warga negara dapat berkontribusi dalam pertahanan negara sesuai bidang yang digeluti. Dalam konteks digital misalnya, para santri bisa aktif dalam pertahanan digital melalui media sosial. Apalagi dalam era digital, Dahnil mengungkapkan, yang perlu diwaspadai adalah pemilik data dengan keberpihakannya.
“Dengan kecanggihan artificial intelligent saat ini, setiap pemilik mampu terhubung dengan data pengguna. Sehingga yang terjadi pemilik data itu mampu menganulir kebenaran sumber data, menjadi data palsu,” tegas Dahnil.
Ia menyambut baik inisiatif Ponpes Wali Barokah dan DPP LDII yang memfasilitasi bedah buku ‘Politik Pertahanan’. Ia pun menegaskan pesantren merupakan modal kemerdekaan Indonesia. "Para kyai, santri, dan pesantren adalah garda terdepan pertahanan negara Indonesia," ujarnya. Sejarah mencatat, peran kyai, santri, dan pesantren merupakan inisiator didirikannya TNI sehingga menjadi simbol penting pertahanan Indonesia.