Isra Mi’raj atau Isra Mikraj? Mana Penulisan yang Benar Menurut Kaidah Bahasa Indonesia?



Isra mikraj adalah salah satu istilah keagamaan yang sering kita dengar, terutama ketika memperingati peristiwa perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan kemudian naik ke langit. Namun, apakah Anda tahu bahwa istilah ini berasal dari bahasa Arab dan memiliki berbagai variasi penulisan dalam bahasa Indonesia? Apa alasan di balik variasi tersebut dan mana yang sebenarnya baku dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia?

Variasi Penulisan Isra Mikraj

Jika kita mencari di internet, kita akan menemukan sejumlah bentuk penulisan berbeda untuk istilah keagamaan ini, antara lain:

  • isra’ mi’raj
  • israk mikraj
  • isra mi’raj
  • isra miraj
  • isra mikraj

Selain kelima bentuk di atas, ada pula penulisan yang menggantikan vokal /a/ pada istilah tersebut dengan /o/ sehingga menjadi misalnya isro’ mikroj.

Namun, variasi bentuk penulisan tersebut tampaknya bersaing dalam berbagai ranah pemakaian bahasa masyarakat kita, baik di buku, surat kabar, majalah, maupun media daring. Lalu, bentuk manakah yang baku dan sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)?

Bentuk Baku Isra Mikraj

Perlu diketahui bahwa ragam penulisan yang direkam oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring adalah bentuk kelima, yaitu isra mikraj. Jadi, bentuk inilah yang baku, setidaknya apabila kita masih menaruh kepercayaan pada KBBI sebagai rujukan bahasa Indonesia resmi.

Sampai di sini, pertanyaan di atas mungkin sudah terjawab. Namun, masalahnya: mengapa bentuk itu yang dipilih, bukan yang lain?

Alasan Pemilihan Bentuk Baku Isra Mikraj

Mengingat isra mikraj berasal dari bahasa asing (Arab), maka mari kita lihat kaidah pembentukan istilah bahasa Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan kosakata atau istilah yang berasal dari bahasa Arab.

Dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Pusat Bahasa, edisi III, 2007) disebutkan bahwa pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia dilakukan lewat tiga cara: penerjemahan, penyerapan, atau gabungan penerjemahan dan penyerapan.

Melihat bentuknya, dapat dipastikan bahwa isra mikraj merupakan istilah serapan. Bentuk aslinya masih dapat dengan mudah kita kenali:

إِسْرَاء وَ مِعْرَاج [isrā’ wa mi`rāj]

Mengacu pada buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah di atas, proses penyerapan harus memperhatikan beberapa prinsip berikut:

  • Istilah asing yang akan diserap meningkatkan ketersalinan bahasa asing dan bahasa Indonesia secara timbal balik (intertranslatability) mengingat keperluan masa depan.
  • Istilah asing yang akan diserap mempermudah pemahaman teks asing oleh pembaca Indonesia karena dikenal lebih dahulu.
  • Istilah asing yang akan diserap lebih ringkas jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.
  • Istilah asing yang akan diserap mempermudah kesepakatan antarpakar jika padanan terjemahannya terlalu banyak sinonimnya.
  • Istilah asing yang akan diserap lebih cocok dan tepat karena tidak mengandung konotasi buruk.

Dari prinsip-prinsip tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa bentuk isra mikraj dipilih sebagai bentuk baku karena:

  • Bentuk ini lebih mudah disalin ke dalam bahasa Arab dan sebaliknya, karena tidak menggunakan tanda baca seperti apostrof (’) yang tidak ada dalam bahasa Arab.
  • Bentuk ini lebih mudah dipahami oleh pembaca Indonesia karena sudah familiar dan sering digunakan dalam berbagai media.
  • Bentuk ini lebih ringkas daripada terjemahan Indonesianya, yaitu perjalanan malam dan naik ke langit, yang terlalu panjang dan kurang tepat.
  • Bentuk ini lebih mempermudah kesepakatan antarpakar karena tidak memiliki sinonim yang banyak dalam bahasa Indonesia.
  • Bentuk ini lebih cocok dan tepat karena tidak mengandung konotasi buruk yang mungkin timbul jika menggunakan bentuk lain, seperti isra’ mi’raj yang mirip dengan kata israfil (malaikat peniup sangkakala).


Isra mikraj adalah istilah keagamaan yang berasal dari bahasa Arab dan memiliki berbagai variasi penulisan dalam bahasa Indonesia. Namun, bentuk yang baku dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia adalah isra mikraj, yang direkam oleh KBBI Daring. Alasan pemilihan bentuk ini adalah karena memenuhi prinsip-prinsip penyerapan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia, yaitu ketersalinan, kemudahan pemahaman, kecukupan, kesepakatan, dan kecocokan.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama