Dalam hiruk pikuk kehidupan modern, kita sering terjebak dalam pusaran kesibukan yang tak berujung. Kita berlari mengejar deadline, menghadiri pertemuan, dan menuntaskan tanggung jawab. Namun, seringkali kita lupa akan esensi yang paling mendasar dari kehidupan ini: waktu.
Waktu adalah sumber daya yang paling demokratis; setiap orang diberikan jumlah yang sama setiap harinya, namun bagaimana kita memanfaatkannya, itulah yang membedakan setiap individu. Rasulullah SAW mengingatkan kita melalui sabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:
“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”. (HR. Bukhari no. 6412).
Kesehatan dan waktu luang adalah dua aset berharga yang sering kita abaikan. Kita mungkin memiliki kesehatan yang prima, namun terlalu sibuk untuk menikmatinya. Atau kita mungkin memiliki waktu luang, namun tidak memiliki kesehatan untuk melakukan apa pun.
Disiplin waktu adalah salah satu aspek penting yang harus kita terapkan dalam kehidupan. Sebagai contoh, ketika menghadiri majelis taklim, kita dianjurkan untuk datang minimal lima menit sebelum acara dimulai. Hal ini bukan hanya tentang menghormati waktu, tetapi juga tentang menghormati orang lain yang telah hadir tepat waktu.
Islam mengajarkan kita untuk memanfaatkan setiap detik kehidupan dengan bijaksana. Jika kita diberkahi dengan kesehatan dan waktu luang, kita harus menggunakannya untuk ketaatan kepada Allah Ta’ala. Baik itu melalui membaca Al-Qur’an, berdzikir, amar makruf nahi mungkar, atau membantu sesama, kita harus selalu mencari cara untuk mengisi waktu kita dengan kebaikan.
Dunia ini adalah ladang amal, tempat kita menanam benih-benih perbuatan yang akan kita tuai di akhirat. Setiap momen yang kita lewatkan tanpa manfaat adalah kesempatan yang hilang selamanya. Oleh karena itu, kita harus selalu sadar dan bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah Ta’ala, dan menggunakan setiap nikmat tersebut di jalan yang diridhai-Nya.
Mari kita renungkan kembali bagaimana kita menghabiskan waktu kita. Apakah kita memanfaatkannya untuk hal-hal yang bermanfaat? Atau apakah kita membiarkannya berlalu begitu saja? Ingatlah, waktu yang berlalu tidak akan pernah kembali seperti semula.