Dalam kehidupan yang penuh dinamika, Islam mengajarkan kita untuk menjalani kehidupan dengan prinsip Sak Dermo dan Sak Madyo. Sak Dermo adalah sikap menerima dan menjalani aturan-aturan agama dengan penuh ikhlas dan ketaatan, sedangkan Sak Madyo mengajarkan kita untuk hidup secara sederhana, tanpa berlebihan, dan sesuai dengan kebutuhan.
Sak Dermo: Ketaatan dan Keikhlasan dalam Beragama
Dalam Sak Dermo, kita diajak untuk mengamalkan ajaran agama dengan hati yang tulus. Ini bukan hanya tentang ritual semata, tetapi juga tentang bagaimana kita menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam setiap aspek kehidupan. Ketaatan ini bukanlah kepatuhan yang buta, melainkan sebuah pilihan sadar untuk mengikuti jalan yang telah ditunjukkan oleh Al-Quran dan Al-Hadis.
Sak Madyo: Hidup Sederhana dan Berkecukupan
Sak Madyo mengingatkan kita bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara. Oleh karena itu, kita tidak perlu mengejar kesenangan duniawi secara berlebihan. Hidup sewajarnya, atau ‘mutawari’', mengajarkan kita untuk bersikap zuhud—tidak terlalu terikat dengan materi dan selalu merasa cukup dengan apa yang telah diberikan oleh Allah SWT.
Menerima Nasihat dan Ijtihad
Terkadang, kita menemui kesulitan dalam menerima nasihat dan ijtihad yang disampaikan oleh para pemimpin. Namun, penting untuk diingat bahwa nasihat tersebut umumnya berlandaskan pada kebaikan dan tidak bertentangan dengan sumber ajaran Islam. Memahami dan menerapkan Sak Dermo dan Sak Madyo dapat membantu kita untuk lebih mudah menerima dan mengamalkan nasihat tersebut.
Hikmah dan Anugerah
Islam mengajarkan bahwa seseorang yang mudah diatur dan diarahkan dalam kebaikan akan mendapatkan hikmah dan anugerah di kemudian hari. Ini adalah janji bagi mereka yang hidup sesuai dengan prinsip Sak Dermo dan Sak Madyo, yang tidak hanya akan mendapatkan keberkahan di dunia, tetapi juga di akhirat.
Mengatasi Ego dan Menumbuhkan Kerendahan Hati
Dalam perjalanan hidup, mengatasi ego berlebihan adalah langkah penting untuk mencapai keseimbangan batin. Ego yang tidak terkendali dapat menumbuhkan sifat takabur dan keengganan untuk menerima kebaikan dari orang lain. Sifat merasa “lebih” dari orang lain sering kali menghalangi kita untuk menghormati dan menghargai sesama.
Menghilangkan Takabur
Takabur, atau kesombongan, adalah salah satu penyakit hati yang dapat merusak hubungan antar manusia. Islam mengajarkan kita untuk selalu bersikap rendah hati dan mengakui bahwa segala kelebihan yang kita miliki adalah pemberian dari Allah SWT. Dengan menghilangkan takabur, kita membuka diri terhadap pembelajaran dan kebaikan yang datang dari mana saja dan siapa saja.
Menerima Keberagaman
Setiap individu memiliki keunikan dan kelebihannya masing-masing. Menghargai dan menerima keberagaman ini adalah kunci untuk hidup berdampingan dalam harmoni. Ketika kita menghormati orang lain, tanpa memandang status atau latar belakang, kita menunjukkan kebesaran jiwa dan kerendahan hati.
Praktik Zuhud dan Mutawari’
Islam mengajarkan zuhud dan mutawari’, yaitu hidup sederhana, tidak berlebihan serta berhati-hati. Melalui praktik ini, kita diajarkan untuk fokus pada esensi kehidupan dan tidak terjebak dalam persaingan duniawi yang tidak berujung.
Menghormati dan menghargai sesama adalah manifestasi dari iman yang kuat. Dengan mengesampingkan ego, kita dapat lebih mudah menerima nasihat, kritik, dan kebaikan dari orang lain. Ini juga membantu kita untuk berempati dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan.