SAMPIT. Shalat merupakan tiang agama, sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Namun, ada satu hal yang sering terlupakan, yaitu pentingnya menjaga niat dalam setiap ibadah, termasuk shalat.
Dalam kegiatan manasik haji kabupateng Kotawaringin Timur 2024, H Subliansyah SAg, saat menyampaikan materi adab jemaah haji, mengingatkan tentang bahaya "syirik khoufi" yang bisa terjadi ketika seseorang shalat tidak semata-mata karena Allah, melainkan untuk pamer suara. "Seseorang mungkin memperbaiki suaranya saat shalat, bukan untuk khusyuk, tapi untuk menarik perhatian orang lain," ujarnya.
Kasus ini sering terjadi ketika seseorang yang biasanya membaca surat pendek saat shalat sendiri, tiba-tiba membaca surat yang panjang saat menjadi imam. Ini bisa jadi indikasi bahwa niatnya telah teralih dari beribadah kepada Allah menjadi ingin dipuji oleh manusia.
Subliansyah juga mengutip hadist yang diriwayatkan oleh Khatib, yang menunjukkan bahwa niat yang tidak murni dalam beribadah bisa terjadi di berbagai lapisan masyarakat, termasuk saat berhaji. "Ada yang berhaji untuk tamasya, ada yang untuk berbisnis, dan ada pula yang berhaji untuk pamer atau mengemis," katanya di hadapan 161 peserta di aula Jabal Rahmah Islamic Center Sampit.
Lebih lanjut, Subliansyah menekankan keutamaan shalat di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. "Shalat di Masjid Nabawi lebih utama dibanding seribu shalat di masjid lain, kecuali Masjidil Haram, di mana shalat di sana lebih utama dengan kelipatan pahala seratus ribu shalat," tuturnya, mengutip hadist dari Ibn az-Zubair ra.
Tiap muslim supaya selalu menjaga niat dalam beribadah. Shalat adalah momen pribadi antara seorang hamba dengan Tuhannya, bukan ajang untuk pamer atau mencari pujian dari manusia. Jadikan setiap shalat sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan niat yang tulus dan khusyuk yang mendalam.