Dengan 29 Karakter Luhur, Menuju Indonesia Emas

29 karakter luhur ldii


Dalam rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang diumumkan pada 15 Juni 2023, Presiden Joko Widodo menetapkan lima target pembangunan yang harus dicapai pada tahun 2045. Target-target tersebut mencakup peningkatan pendapatan per kapita, pengentasan kemiskinan, peningkatan daya saing sumber daya manusia, serta pengurangan emisi gas rumah kaca. Namun, untuk mencapai target-target tersebut, kontribusi yang besar diperlukan dari sumber daya manusia yang berkualitas, termasuk yang memiliki karakter religius. LDII, sebagai lembaga dakwah yang fokus pada pembangunan sumber daya manusia, telah mempersiapkan diri sejak lama untuk menjawab tantangan ini.

Ketua DPP LDII Bidang Pendidikan Umum dan Pelatihan (PUP), Basseng Muin mengatakan, sejak Keputusan Musyawarah Nasional (MUNAS) VII LDII pada tahun 2011, LDII telah menetapkan konsep SDM Profesional Religius, yang menjelaskan bahwa sumber daya manusia yang diharapkan adalah mereka yang memiliki dua kemampuan utama, yaitu kemampuan membangun kehidupan dunia yang lebih baik secara profesional, dan kemampuan membangun kehidupan akhirat yang lebih baik secara religius.

"Menyadari pentingnya pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas, LDII telah mengidentifikasi 29 karakter luhur yang harus dimiliki oleh generasi muda Indonesia. Karakter-karakter ini mencakup nilai-nilai seperti integritas, ketulusan, kejujuran, tanggung jawab, dan semangat berinovasi, di samping nilai-nilai keagamaan yang kuat seperti ketaatan, kasih sayang, dan keteguhan iman," jelas Basseng.

Dalam implementasinya, LDII telah meluncurkan serangkaian program untuk mengembangkan karakter-karakter ini dalam diri generasi muda. Program-program tersebut mencakup pelatihan keagamaan, pendidikan umum, pembinaan keterampilan, serta pengembangan karakter dan kepemimpinan. Diharapkan melalui program-program ini, generasi muda Indonesia akan tumbuh menjadi individu yang tidak hanya kompeten secara profesional namun juga memiliki moralitas yang kuat.

Basseng mengatakan, sistem pendidikan yang diusung LDII, di dalamnya terdapat proses pembelajaran yang hasil akhirnya adalah membentuk SDM yang profesional religius. "Dua karakter professional religius itu saling terkait dan penting di dalam sebuah sistem. Kalau hanya pintar tapi dia tidak berkarakter jujur amanah maka outputnya akan buruk dan hanya menguntungkan dirinya sendiri," ujarnya.

Basseng juga mengingatkan perihal apa yang harus dilakukan dalam menyukseskan program Indonesia Emas 2045. la menuturkan indikator keberhasilan Indonesia Emas itu diantaranya kemiskinan mendekati nol persen dan pendapatan per bulan sekitar Rp41 juta.

Menurutnya, pendapatan tersebut bisa diraih dengan menjadi pribadi yang profesional dalam bidangnya. "Indonesia itu negara yang kaya alamnya dan itu bisa dimanfaatkan, serta dikembangkan dalam berbagai industri. Oleh karena itu, ketika menjalankan pendidikan, maka lakukan yang terbaik dan menjadi ahli di bidangnya," tutur Basseng.

Untuk menjalani sistem pendidikan ini perlu kerja sama dengan berbagai stakeholder diantaranya pengurus yayasan, kepala sekolah atau rektor, guru, tenaga kependidikan, pamong, dan para orangtua. "Karakter religius dapat dibentuk melalui pondok pesantren atau pengajian di majelis taklim, sedangkan karakter professional dibentuk melalui sekolah-sekolah," ucapnya.

Basseng meyakini, kehadiran generasi muda yang profesional dan religius di delapan bidang kontribusi pembangunan, termasuk wawasan kebangsaan, ekonomi syariah, kesehatan, dan teknologi digital, akan menjadi kekuatan pendorong menuju Indonesia Emas 2045. "Dengan memastikan tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas dan berakhlak mulia, kita optimis bahwa Indonesia akan mampu mencapai cita-cita besar tersebut," tegasnya.

Salah satu strategi yang dijalankan LDII dalam mewujudkan SDM yang profesional dan religius adalah pembelajaran sepanjang hayat. Pendekatan ini memastikan bahwa setiap individu, mulai dari usia dini hingga lanjut usia, terlibat dalam proses pembelajaran yang memperkuat karakter luhur.

"Kami membagi peserta didik ke dalam kelompok usia yang berbeda," jelas Basseng. Dengan begitu, katanya, LDII mampu merancang konten pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masing- masing individu. "Hal ini ini bertujuan untuk menanamkan karakter luhur sedini mungkin dan memantapkan proses internalisasinya seiring dengan pertumbuhan usia," kata Basseng.


LDII juga menerapkan struktur kurikulum hybrid yang mengintegrasikan pendidikan formal dan non-formal. Melalui prinsip-prinsip kerja "benar kurup janji" dan tri sukses, LDII memberikan pembelajaran yang tidak hanya menopang ranah profesional, tetapi juga ranah religius. Dengan memadukan pendidikan agama di pondok pesantren dengan pendidikan formal di sekolah, LDII menciptakan sistem pendidikan yang holistik dan menyeluruh.

Pelibatan seluruh stakeholder pendidikan juga menjadi kunci dalam membangun SDM profesional dan religius. Guru, pimpinan sekolah, orang tua, dan masyarakat secara bersama-sama bertanggung jawab dalam menanamkan karakter luhur pada setiap individu. Melalui kolaborasi yang erat, LDII memastikan bahwa pendidikan karakter menjadi bagian integral dari setiap aspek kehidupan pendidikan. 

Tidak ketinggalan, LDII juga memanfaatkan teknologi informasi dalam memperluas jangkauan pembelajaran. Melalui platform e-learning seperti pondokkarakter. com, peserta didik dapat mengakses materi pembelajaran kapan saja dan di mana saja. Digitalisasi pembelajaran tidak hanya efisien secara biaya, tetapi juga memungkinkan penyebaran materi pembelajaran secara luas dan merata.

Terakhir, jelas Basseng, LDII aktif membangun kerja sama dengan berbagai pihak terkait dalam upaya memajukan pendidikan. Mulai dari kemitraan dengan pemerintah dan organisasi masyarakat hingga kolaborasi dengan lembaga pendidikan dan perusahaan swasta, LDII mengambil langkah konkret untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Dengan strategi-strategi yang - komprehensif dan kolaboratif, LDII menegaskan komitmennya dalam membangun generasi yang profesional dan religius. Langkah-langkah ini bukan hanya menjadi kontribusi LDII dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, tetapi juga menjadi upaya nyata dalam membangun peradaban yang berintegritas dan bermartabat. Ⓡ NP

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama