๐— ๐˜‚๐˜€๐˜‚๐—ต๐—บ๐˜‚ ๐—•๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—›๐—ฎ๐—ป๐˜†๐—ฎ ๐—ฆ๐—ฒ๐˜๐—ฎ๐—ป, ๐—ช๐—ฎ๐˜€๐—ฝ๐—ฎ๐—ฑ๐—ฎ ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฑ๐—ฎ ๐—ก๐—ฎ๐—ณ๐˜€๐˜‚ ๐—”๐—ป๐—ด๐—ธ๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ ๐— ๐˜‚๐—ฟ๐—ธ๐—ฎ

Musuhmu Bukan Hanya Setan

Manusia, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, tidak hanya dihadapkan pada musuh yang terlihat seperti setan, tetapi juga pada musuh batin yang lebih sulit dikalahkan, yaitu nafsu angkara dalam diri sendiri. Dalam perjalanan hidupnya, manusia berhadapan dengan ujian dan godaan yang berasal dari dua musuh utama ini.

Allah SWT dalam Al-Quran mengingatkan kita tentang setan, yang telah bersumpah untuk menggoda manusia hingga hari kiamat. Firman-Nya dalam surat Al-A'raf ayat 17:

"Sesungguhnya, hamba-hamba-Ku, tidak ada kuasa bagi mereka terhadap kamu, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu dari golongan yang sesat." (QS. Al-Hijr: 42)

Setan tidak pernah berhenti dalam upayanya untuk menyesatkan manusia dari jalan yang lurus. Dia menggunakan segala cara dan tipu daya untuk merayu dan menggoda manusia agar meninggalkan keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT.


Namun, setan bukanlah satu-satunya musuh yang harus dihadapi manusia. Nafsu angkara dalam diri manusia juga merupakan tantangan besar yang harus ditaklukkan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Qiyamah ayat 2-3:

"Dan demi jiwa yang membisikkan kepada manusia kejahatan, maka Allah memberi kesempurnaan kepada jiwa itu (dengan memberi petunjuk ke jalan kebaikan dan kejahatan). Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (QS. Al-Qiyamah: 2-3)


Nafsu angkara, yang sering kali memandu manusia ke arah yang salah dan menjauhkannya dari ketakwaan kepada Allah SWT, merupakan ujian yang nyata dalam kehidupan. Nafsu ini bisa mendorong manusia untuk melakukan perbuatan dosa dan maksiat, jika tidak dikendalikan dengan baik.


Rasulullah SAW dalam sebuah hadis juga mengingatkan kita tentang pentingnya menahan diri dari nafsu angkara. Beliau bersabda:

Dari Amr bin 'Auf al-Anshari radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus Abu Ubaidah bin Jarrah radhiyallahu 'anhu ke Bahrain untuk mengambil jizyah dari penduduknya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menerima permintaan damai dari mereka, dan beliau menunjuk al-Ala' bin al-Hadhrami sebagai amir di sana.

Ketika Abu Ubaidah kembali dari Bahrain membawa harta jizyah, para sahabat dari kalangan Anshar mendengar kedatangannya. Mereka berkumpul untuk shalat shubuh bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Setelah shalat selesai, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam segera keluar, tetapi mereka berusaha menghalanginya. Melihat mereka, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tersenyum dan bersabda, "Saya kira kalian telah mendengar bahwa Abu Ubaidah telah datang membawa sesuatu dari Bahrain?"

Mereka menjawab, "Ya, wahai Rasulullah."

Beliau bersabda, "Maka bersukacitalah dan berharaplah mendapatkan kelegaan. Demi Allah, bukanlah aku khawatirkan kefakiran untuk kalian, tetapi aku khawatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana dibentangkan untuk umat sebelum kalian, lalu kalian berlomba seperti mereka berlomba, dan akhirnya kalian binasa seperti mereka binasa." (Hadits riwayat Muslim dan al-Bukhari)


Rasulullah SAW dalam sebuah hadis juga mengingatkan kita tentang pentingnya menahan diri dari nafsu angkara. Beliau bersabda:

"Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya; dan apabila ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengajarkan bahwa hati merupakan pusat dari nafsu angkara dan kecenderungan manusia. Jika hati kita terjaga dengan ketaatan kepada Allah SWT, maka seluruh perilaku dan amal perbuatan kita akan baik. Namun, jika hati kita tercemar oleh nafsu dan hawa nafsu, maka seluruh tubuh dan perilaku kita akan terpengaruh.


Untuk melawan nafsu angkara dalam diri, Islam memberikan beberapa petunjuk dan tuntunan yang harus diikuti:

1. Taqwa kepada Allah SWT: Taqwa adalah kesadaran akan keberadaan Allah SWT yang menyebabkan seseorang menjauhi perbuatan dosa dan maksiat.

2. Menjaga hati dan pikiran: Hindari pikiran-pikiran negatif dan menggoda yang bisa mempengaruhi perilaku kita. Memperbanyak zikir, doa, dan membaca Al-Quran adalah cara untuk menjaga hati tetap bersih.

3. Kontrol diri dan menahan hawa nafsu: Menahan diri dari melakukan hal-hal yang dilarang dalam Islam, baik itu berupa perbuatan, perkataan, atau pikiran yang tidak baik.

4. Berpikir panjang tentang akibat dari perbuatan: Sebelum melakukan sesuatu, berpikir tentang akibat baik dan buruknya perbuatan tersebut di dunia dan akhirat.

5. Memperbanyak ibadah dan amalan baik: Melakukan ibadah-ibadah seperti shalat, puasa, sedekah, dan berbagai amalan baik lainnya dapat membantu menjaga diri dari godaan nafsu.


Melawan nafsu angkara adalah perjuangan yang tidak mudah, tetapi dengan taqwa kepada Allah SWT, kesadaran akan bahaya dari nafsu angkara, dan mengikuti tuntunan Islam yang benar, kita dapat meraih kemenangan atas diri kita sendiri. Semoga dengan menjaga hati dan jiwa, kita dapat senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menghindari godaan setan serta nafsu yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.


Musuhmu Bukan Hanya Setan


Nafsu Manusia dalam Mencari Kemuliaan Dunia: Potensi dan Ancaman

Dalam perjalanan hidupnya, manusia sering kali dihadapkan pada ujian nafsu yang rakus terhadap keinginan untuk mencapai kemuliaan di dunia. Ironisnya, upaya ini seringkali berpotensi menghancurkan diri mereka sendiri, terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji dan jauh dari nilai-nilai spiritual yang sejati.


Godaan Terhadap Orang-orang Berkelebihan

Setan, yang menjadi musuh bebuyutan manusia menurut ajaran agama, seringkali lebih gencar menggoda orang-orang yang memiliki kelebihan tertentu. Mereka yang diberikan jabatan atau kedudukan terhormat di dunia, misalnya, sering kali menjadi sasaran empuk. Setan memanfaatkan posisi mereka untuk menggoda agar menyalahgunakan kekuasaan yang mereka miliki. Dalam kesombongan dan keserakahan untuk mempertahankan atau memperluas kekuasaan, sering kali terjadi penyalahgunaan yang merugikan orang lain dan mencoreng integritas pribadi.


Ilmu Agama dan Ancaman Sombong dan Takabur

Orang-orang yang mendalami ilmu agama juga tidak luput dari godaan setan. Mereka yang telah dianugerahi pengetahuan akan ajaran dan kebenaran agama, sering kali terjebak dalam perasaan sombong dan takabur. Mereka mungkin merasa bahwa keilmuan agama yang mereka miliki membuat mereka istimewa dan berhak merasa lebih baik dari orang lain. Ironisnya, sikap seperti ini bertentangan dengan esensi sejati ilmu agama yang seharusnya membawa kedekatan dengan Tuhan dan kepedulian terhadap sesama.


Bahaya Dari Kecenderungan Manusia

Ketika manusia terjebak dalam nafsu rakus untuk mencari kemuliaan dunia, mereka cenderung lupa akan akhirat dan nilai-nilai kehidupan yang sesungguhnya. Perilaku-perilaku yang muncul dari godaan ini tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga lingkungan sekitar dan masyarakat pada umumnya. Penyalahgunaan kekuasaan, kesombongan ilmu, dan pengejaran harta benda semata sering kali membawa destruksi moral dan spiritual yang dalam.

Pemahaman dan Solusi Spiritual

Penting bagi manusia untuk senantiasa mengintrospeksi diri, mengenali nafsu-nafsu buruk yang mendorongnya untuk mencari kemuliaan duniawi semata. Kesadaran akan keberadaan setan sebagai musuh yang senantiasa menggoda harus menjadi pemicu untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Ilmu agama yang diperoleh hendaknya digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan ketakwaan dan kebaikan, bukan untuk menunjukkan kelebihan diri yang dapat menyesatkan.

Dengan memperkuat ketaatan kepada nilai-nilai agama dan mengedepankan keseimbangan antara dunia dan akhirat, manusia dapat menghindari jebakan nafsu rakus yang dapat menghancurkan diri mereka sendiri. Semoga kesadaran ini membawa kita semua kepada kehidupan yang lebih bermakna dan bermanfaat bagi diri sendiri serta masyarakat luas.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama