Megathrust: Memahami Potensi dan Kewaspadaan terhadap Fenomena Seismik

Megathrust


Fenomena megathrust merupakan salah satu jenis gempa bumi yang paling mengkhawatirkan di dunia. Sering kali, gempa-gempa besar yang terjadi di zona megathrust dapat memicu tsunami dan dampak destruktif yang luas. Di Indonesia, zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut merupakan area yang memiliki potensi gempa besar dan patut mendapat perhatian khusus. 


Apa Itu Megathrust?

Megathrust adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gempa bumi yang terjadi pada batas subduksi antara dua lempeng tektonik, di mana satu lempeng menekan lempeng lainnya ke bawah. Fenomena ini biasanya terjadi di zona subduksi, di mana lempeng samudera bergerak ke bawah lempeng benua. Karena skala pergeseran yang sangat besar dan akumulasi energi yang tinggi, gempa megathrust dapat menghasilkan magnitudo sangat besar, sering kali melebihi 8.0 pada skala Richter.


Zona Megathrust di Indonesia

Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik, sebuah wilayah dengan aktivitas seismik yang sangat tinggi. Dua zona megathrust utama di Indonesia adalah Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Kedua zona ini telah menjadi perhatian para ilmuwan dan pejabat karena potensi risiko yang sangat besar.

  1. Selat Sunda: Terletak antara Pulau Jawa dan Sumatra, zona ini merupakan bagian dari batas subduksi antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Gempa besar terakhir yang tercatat di Selat Sunda terjadi pada tahun 1757, sehingga saat ini zona ini telah mengalami "seismic gap" selama lebih dari 260 tahun. Seismic gap mengacu pada periode panjang tanpa aktivitas gempa besar setelah periode aktif, yang dapat menandakan akumulasi energi yang berpotensi melepaskan gempa besar di masa depan.

  2. Mentawai-Siberut: Terletak di barat Pulau Sumatra, zona ini juga merupakan bagian dari batas subduksi yang sama. Gempa besar terakhir di wilayah ini tercatat pada tahun 1797, dengan periode seismic gap saat ini sekitar 227 tahun. Seperti halnya Selat Sunda, potensi terjadinya gempa besar di zona ini menjadi perhatian besar karena belum adanya aktivitas gempa besar selama periode yang lama.


Studi Kasus: Megathrust Tunjaman Nankai

Untuk memahami relevansi fenomena megathrust di Indonesia, penting untuk mempertimbangkan kasus internasional seperti megathrust Tunjaman Nankai di Jepang. Pada 8 Agustus 2024, gempa berkekuatan M7,1 yang terjadi di daerah ini memicu tsunami kecil dan menciptakan kekhawatiran tentang kemungkinan gempa besar di masa depan. Gempa ini mengingatkan kita tentang potensi risiko yang terkait dengan seismic gap dan pentingnya kesiapsiagaan.

Sejarah menunjukkan bahwa gempa besar terakhir di Tunjaman Nankai terjadi pada tahun 1946, sehingga seismic gap di daerah ini telah mencapai usia 78 tahun. Jika dibandingkan dengan Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, usia seismic gap di Nankai jauh lebih singkat. Ini menunjukkan bahwa fenomena seismic gap di Indonesia memiliki potensi risiko yang lebih tinggi mengingat lamanya periode tanpa aktivitas gempa besar.


Kesiapsiagaan dan Mitigasi

Walaupun potensi gempa di zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sangat signifikan, saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi dengan tepat kapan dan di mana gempa akan terjadi. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa informasi mengenai potensi gempa ini bukanlah prediksi pasti, melainkan sebuah peringatan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.

BMKG dan lembaga terkait terus memantau aktivitas seismik dan siap memberikan informasi terkini serta peringatan dini jika diperlukan. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan melanjutkan aktivitas sehari-hari dengan memperhatikan informasi terbaru dari sumber terpercaya. Langkah-langkah mitigasi seperti pendidikan mengenai prosedur evakuasi, penguatan bangunan, dan persiapan darurat merupakan bagian penting dari strategi untuk mengurangi dampak jika terjadi gempa besar.


Fenomena megathrust di zona Selat Sunda dan Mentawai-Siberut merupakan salah satu risiko seismik terbesar di Indonesia. Memahami potensi dan karakteristik dari zona-zona ini penting untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terjadinya gempa besar di masa depan. Dengan terus memantau aktivitas seismik dan memperkuat upaya mitigasi, diharapkan dampak dari potensi gempa dapat diminimalisir, dan masyarakat dapat lebih siap menghadapi risiko yang ada. (disarikan dari web bmkg)

Baca juga

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama