LDII Kerahkan 450 Personel Rukyat Hilal untuk Pantau Awal Ramadan dan Syawal 1446 H

LDII Kerahkan 450 Personel Rukyat Hilal untuk Pantau Awal Ramadan dan Syawal 1446 H


Jakarta (17/4) – Turut mendukung pemerintah dalam penetapan awal bulan Hijriah, DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) kembali mengerahkan tim rukyatul hilal (pengamatan bulan sabit pertama) untuk menyambut datangnya Ramadan dan Syawal 1446 H. Sejak dibentuk pada 2014, total 101 tim telah aktif melakukan pemantauan hilal secara konsisten di berbagai wilayah Indonesia.

“Untuk pemantauan hilal 1 Ramadan 1446 H kami memiliki 88 titik, sementara untuk 1 Syawal 1446 H ada 91 titik di seluruh Indonesia,” ujar Ust. Wilnan Fatahilah, anggota Departemen Pendidikan Keagamaan dan Dakwah (PKD) DPP LDII, sekaligus salah satu anggota Tim Rukyatul Hilal DPP LDII, Minggu (13/4/2025).

Wilnan menjelaskan, seluruh titik pengamatan tersebut termasuk dalam lokasi resmi yang juga digunakan oleh Kementerian Agama (Kemenag). Namun, ia menekankan bahwa tantangan utama dalam pengamatan hilal adalah kondisi cuaca yang kerap tidak menentu. “Meski secara astronomi ketinggian hilal memenuhi syarat visibilitas, namun mendung, berawan, hingga hujan kerap menjadi hambatan,” katanya.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, LDII membentuk tim yang solid dan terlatih. Tahun ini, lebih dari 450 personel dari tingkatan DPP, DPW, hingga DPD dilibatkan dalam proses rukyatul hilal. Seluruh anggota tim telah menjalani pelatihan khusus sejak awal program ini diluncurkan.

Pelatihan rukyat hilal pertama kali diadakan di kantor DPP LDII, Jakarta, pada 2014, bekerja sama dengan Kemenag RI. Saat itu, pelatih utama adalah Ahmad Izzuddin, yang menjabat Kasubdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat, didampingi Ismail Fahmi, kini menjabat Kepala Subdirektorat Hisab Rukyat dan Syariah Ditjen Bimas Islam Kemenag.

Kerja sama pelatihan juga diperluas dengan melibatkan Planetarium dan Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU). Sejumlah pakar seperti Ust. Cecep Nurwendaya dari Kemenag dan Ust. Hendro Setiyanto dari Imah Noong, Lembang, turut memberikan pelatihan teknis. “Setelah pandemi, pelatihan intensif dilanjutkan kembali, dan untuk tahun 2023 hingga 2025 kami mengundang Ust. Hendro Setiyanto dari LFNU untuk membekali tim kami keterampilan penggunaan teropong,” terang Wilnan.

Pelatihan yang kini dipusatkan di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin, Jakarta Timur, lebih menekankan aspek praktis, khususnya penggunaan alat optik dalam mengamati hilal.

Seiring berjalannya waktu, hampir seluruh DPW LDII telah memiliki tim rukyat mandiri. Beberapa wilayah seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, DPW/DPD lainnya,  termasuk DPW LDII Kalimantan Tengah. Bahkan Sulawesi Utara bahkan mulai menyelenggarakan pelatihan hisab sendiri dengan menghadirkan narasumber dari Kanwil Kemenag dan LFNU. Materi pelatihan mencakup kriteria hisab-rukyat (baik berdasarkan Mabims lama maupun baru), arah kiblat, waktu salat, hingga analisis citra hilal menggunakan perangkat lunak komputer.

Selain pengamatan, tim rukyat LDII juga aktif berkolaborasi dengan instansi lain seperti BMKG, Kemenag, dan Lajnah Falakiyah NU. “Kami sangat menghargai kolaborasi ini karena memperkuat validitas hasil pengamatan dan memperkaya diskusi ilmiah di lapangan,” ungkap Wilnan.

Menariknya, kegiatan rukyat oleh LDII tidak hanya dilakukan pada bulan-bulan besar seperti Ramadan, Syawal, atau Dzulhijjah, tetapi juga rutin setiap awal bulan Hijriah. Tujuannya adalah mempertajam kemampuan teknis tim dan meningkatkan ketangguhan mereka menghadapi berbagai kondisi. “Jadi, tidak hanya saat Ramadan, Syawal atau Dzulhijjah (Idul Adha), tapi juga di bulan lain, tim yang terbentuk ini juga melakukan pengamatan setiap awal bulan hijriah,” tutup Wilnan.

Lebih baru Lebih lama