Sumbawa Barat, (21/4) — Rendahnya tingkat pengelolaan sampah di Kabupaten Sumbawa Barat mendorong LDII setempat meluncurkan inisiatif berbasis komunitas untuk menanggulangi persoalan lingkungan. Melalui program Pengelolaan Sampah Berbasis Masjid (PPSBM), LDII Kabupaten Sumbawa Barat menggerakkan warga dalam mengelola sampah dari hulu ke hilir.
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup tahun 2022, baru sekitar 40,75 persen sampah yang dikelola secara resmi di kabupaten ini. Akibatnya, banyak sampah masih tercecer dan tidak tertangani, menimbulkan pencemaran lingkungan.
Menjawab tantangan tersebut, DPD LDII Sumbawa Barat melalui Bagian Litbang, IPTEK, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup (LISDAL) menggagas PPSBM sebagai solusi praktis yang berkelanjutan.
“PPSBM bertujuan mengurangi sampah ke TPA, mencegah aktivitas membuang sampah sembarangan dan aktivitas membakar sampah. Juga menjadikan sampah sebagai sumber daya yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk,” kata Ketua PPSBM, Bambang Supriadi, pada Rabu (16/4).
Bambang menjelaskan bahwa program ini tidak hanya menyasar pengurangan sampah, tetapi juga membentuk karakter warga sesuai nilai-nilai LDII. “Tujuan lainnya, menciptakan daur hidup dalam pengelolaan sampah dan menerapkan 29 karakter luhur LDII serta berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia Bersih Sampah tahun 2025,” lanjutnya.
Program ini dipusatkan di tiga masjid utama: Masjid Bani Saba Taliwang (PC LDII Taliwang), Masjid Ulul Albab Maluk (PC LDII Maluk), dan Masjid Subulassalam Lab. Mapin (PC LDII Alas Barat).
Lewat gerakan 5M — memilah, mengumpulkan, mengolah, mengirim, dan mengangkut — warga diajak untuk menjalankan sedekah sampah dengan disiplin dan kesadaran lingkungan tinggi.
Untuk mendukung keberhasilan program, warga LDII juga mendapatkan pelatihan dari Komunitas Hijau Biru (KHB). “Kegiatan PPSBM meliputi penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah, fasilitas pengolahan sampah organik, serta bahan pembuatan pupuk organik,” jelas Bambang.
Dalam praktiknya, warga memisahkan sampah berdasarkan jenisnya, lalu dikumpulkan di masjid sebelum disalurkan ke bank sampah atau lembaga pengepul. Beberapa warga bahkan telah mengolah sampah organik di rumah untuk dijadikan kompos. “Adapun sampah residu dimasukkan ke dalam wadah sampah untuk selanjutnya diangkut ke TPA oleh petugas sampah dari kelurahan atau desa,” tambah Bambang.
Program ini terbukti meningkatkan kesadaran dan keterampilan warga dalam mengelola sampah serta menaikkan nilai Matriks Pola Penanganan Sampah (MPPS) di wilayah tersebut.
“Melalui PPSBM ini LDII turut berperan dalam mewujudkan Indonesia Bersih Sampah dan SDGs yang terlihat dari penurunan ritasi pengangkutan sampah ke TPA, penghematan biaya pengangkutan, penurunan emisi kendaraan pengangkut dan alat berat di TPA, serta peningkatan kualitas lingkungan,” papar Bambang.
Dampak positif lainnya adalah pemasukan tambahan untuk masjid-masjid LDII melalui hasil pengumpulan sampah, serta penguatan karakter luhur warga. “Hasil yang terpenting dari kegiatan ini adalah mengajak masyarakat untuk berkontribusi dalam pengelolaan sampah sehingga tidak semua sampah diangkut ke TPA, tidak ada kegiatan membuang sampah sembarangan dan membakar sampah,” tandasnya.
Sebagai pengembangan, PPSBM kini mengaplikasikan metode Tabung Sampah Organik Rumah Tangga (TASORTA-20), hasil kolaborasi antara LDII Sumbawa Barat dan LDII Kabupaten Sumbawa. “TASORTA-20 merupakan teknik pengelolaan sampah yang sangat sederhana, praktis dan mudah diterapkan. Teknik ini memungkinkan setiap rumah tangga mengolah sampah organik sendiri, sehingga mengurangi beban TPA,” kata Bambang.
Melalui PPSBM, LDII menargetkan implementasi pemilahan sampah 100 persen, tanpa sampah tercecer di lingkungan rumah maupun masjid. Inisiatif ini menjadi langkah konkret LDII dalam menjadikan sampah sebagai sumber daya, bukan lagi sekadar limbah.